JAKARTA, AKSIKATA.COM – Pengurus Daerah DKI Jakarta Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI) menggelar acara Seminar Radiologi Nasional di BSI Convention Center, Kaliabang, Bekasi, Minggu (29/9/2019).
Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Radiografer Indonesia sekaligus Kapusdik SDM Kesehatan DR. H. Sugiyanto, S.Pd., M.App.Sc, hampir setiap tahunnya bisa 8 kali PARI menggelar seminar nasional dari seluruh pengurus, termasuk pengurus DKI Jakarta yang dibantu pengurus cabang dari lima wilayah di DKI Jakarta, yakni pengcab Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Namun kali ini, Seminar Nasional yang menggusung tema Seminar Nasional Medical Emergency Radiology ini merupakan seminar terbesar dengan dihadiri sebanyak 2036 radiografer dari seluruh rumah sakit dan laboratarium di Indonesia. “Ini adalah moment pertama kali seminar terbesar dari jumlah peserta sehingga kami catatkan dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI),” katanya.
Menurutnya, Seminar Nasional ini digelar untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi para Radiografer di Indonesia. Apalagi di era revolusi industry 4:0 perkembangan teknologi di dunia Radiologi sangat cepat berkembang.
“Kalau mereka tidak update, nanti akan ketinggalan informasi. Dengan terus update, harapan kami, para radiografer dapat meningkatkan kualitas dan profesionalnya dalam memberikan layanan kepada pasien. Jika tidak ditingkatkan kemampuannya, seorang Radiografer bisa jauh ketinggalan dari sisi kompetensi hanya dalam dua atau tiga tahun saja,” jelasnya.
Melalui seminar ini, para radiografer mendapatkan informasi terkait standar operasional radiology emergency dalam mewujudkan pelayanan berorientasi pasien. Di samping itu, para radiografer ini mendapatkan update terkini mengenai sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan radiologi.
Saat ini, hampir semua rumah sakit dan laboratorium menggunakan teknologi digital dalam proses radiologi dan teknologi Artificial Inteligence (AI). Karena itu Kemampuan dan kompetensi Radiografer yang distandarkan melalui uji kompetensi dinilai sangat penting dan vital dalam membantu akurasi dan ketepatan diagnosa pada pasien.
“Dengan mengikuti seminar ini, para radiografer dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diri sesuai dengan keminatannya,” jelas Sugiyanto.
Menurut Sugiyanto, PARI merupakan organisasi profesi yang menghimpun seluruh radiografer di Indonesia. Para radografer ini adalah tenaga kesehatan yang memberikan kontribusi bidang radiologi dan imehing dalam upaya peningkatakan kualitas pelayanan kesehatan. PARI didirikan 21 Oktober 1956. Hingga saat ini kurang lebih ada 1.300 Radiografer yang tergabung dengan PARI dan sudah lulus uji kompetensi dan mengabdi di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia.
Kedepannya, Sugiyanto berharap PARI dapat menjalin koneksi internasional, sehingga muncul radiografer muda dari Indonesia yang bisa berkiprah di kancah Internasional. “Kami akan tunggu inovasi-inovasi yang muncul dari mereka,” pungkasnya.