JAKARTA, AKSIKATA.COM — Setidaknya saat ini terdapat kurang lebih 1 juta orang per hari naik angkutan umum di Jakarta dan sekitarnya. Mereka menggunakan kereta komuter, 700 ribu orang per hari menggunakan Transjakarta, 80 ribu orang per hari dan menggunakan MRT. Belum lagi demand angkutan bus JR Connexion dan JA Connexion yang semakin tumbuh.
“Merekalah yang sesungguhnya perlu mendapatkan apresiasi, dan kita harapkan jumlahnya akan semakin bertambah,” kata Kepala BPTJ Bambang Prihartono di Jakarta.
Bambang Pri menambahkan sebagai bentuk apresiasi masyarakat yang telah menggunakan angkutan umum, Pemerintah akan semakin keras bekerja untuk mewujudkan perbaikan transportasi Jabodetabek yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
“BPTJ bersama-sama stakeholder yang lain tidak akan menyiakan-nyiakan kepercayaan masyarakat yang sudah mulai tumbuh terhadap pelayanan angkutan umum massal di Jabodetabek. Kami akan terus bekerja keras melakukan pembenahan transportasi Jabodetabek dengan berpedoman pada RITJ,” jelas Bambang Pri.
Pemerintah melalui BPTJ bersama Pemprov DKI Jakarta dan Pemda sekitar serta BUMN dan operator transportasi terus menambah dan meningkatkan layanan angkutan umum yang ada di Jabodetabek.
“MRT Jakarta koridor Lebak Bulus – Bundaran HI sudan beroperasi, dan kini dilanjutkan phase kedua dari HI-Kampung Bandan. LRT Jakarta akan segera beropetasi khususnya koridor Cibubur-Cawang – Stasiun Sudirman, serta dari Bekasi.
Seperti diketahui, LRT Jakarta koridor Kelapa Gading-Rawamangun kini sudah beroperasi meski belum optimal. LRT ini justru sudah dioperasikan sejak ASEAN GAMES 2018 silam.
Menurut Bambang Pri, angkutan TransJabodetabek serta JA Connexion dan JR Connexion akan terus ditambah. “Ke depan, yak ada alasan lagi bagi warga masyarakat untuk tidak naik angkutan umum,” katanya, saat dikonfirmasi Senin (1/7/2019).
“Sesuai KPI dan RITJ, ke depan mpda share angkutan umum harus naik menjadi di atas 60%. Perlahan, masyarakat bisa mendapatkan angkutan umum tak lebih dari 500 dari tempat tinggalnya. Dan pergantian antamoda tak lebih dari dua kali setiap perjalanan,” tukas Bambang Pri.
Sesuai RITJ, dengan optimalisasi angkutan umum bukan hanya menekan polusi udara, apalagi jika makin banyak mengoperasikan bus listrik. “Tapi pelan namun pasti, kemacetan di Jabodetabek juga bisa ditekan bahkan dihilangkan,” tegas Bambang Pri.(helmi)