Desaigner Amy Atmanto Ajak Pelaku Usaha  Modest  Fashion Terus Berinovasi

JAKARTA.– Designer dan pelaku usaha yang juga Founder Fashion Brands Royal Kaftan,
Amy Atmanto  berharap ada pelaku industri modest fashion yang menjadi unicorn, bukan hanya sekedar  startup. Unicorn merupakan gelar yang diberikan untuk sebuah startup dengan nilai valuasi lebih dari US $ 1 miliar.

“Kita berharap prospek industri modest fashion di Indonesia dapat direalisasikan. Lalu bagaimana kita bisa mewujudkan mimpi fashion muslim bisa menjadi unicorn? Pelaku industri modest fashion ini tentunya harus mampu menarik minat angel investor dengan kreativitas produk, sehingga mereka mau investasi di modest fashion, tidak hanya di startup atau aplikasi teknologi saja,” kata Amy yang juga pemilik brand Eturiascarves, Royal Sulam, dan  Royal Astana ini dalam webinar “Perempuan Tangguh yang Menginspirasi bagi Pembangunan Ekonomi Syariah Indonesia” yang digelar Beritasatu Media Holdings bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), Rabu, (21 /4/2021).

Webinar yang diselenggarakan bertepatan dengan Hari Kartini ini juga  menghadirkan Dirut PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi, Staf Khusus Presiden Bidang Sosial dan Founder Thisable Enterprise Angkie Yidistia, pimpinan Baznas Saidah Sakwan, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti serta Deputy Director Business Incubation Shariah KNEKS Indarwati Rifianingrum.

Bertindak sebagai moderator adalah  Direktur Pemberitaan BeritaSatu Media Holdings (BSMH) Primus Dorimulu. Amy mengungkapkan,  potensi industri modest fashion sangat besar. Beberapa segmen juga sedang tumbuh pesat, antara lain luxury modest fashion, modest activewear, dan men modest clothing.

“Pelaku industri modest fashion harus terus berinovasi, apalagi sektor ini tengah tumbuh pesat. Industri modest fashion masih menghadapi sejumlah tantangan, misalnya sering pelaku fashion atau desainer terperangkap pada desain yang tradisional, kurangnya inovasi pengembangan produk fashion, keterbatasan skill pemasaran, dan ketatnya persaingan usaha. Bahan baku fashion berkualitas juga banyak yang harus diimpor,” ujar Amy.

Dia juga mengharapkan agar Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong pertumbuhan ekosistem modest fashion dan memaksimalkan potensi Indonesia untuk menjadi kiblat modest fashion dunia. Dengan potensi dan peran yang dimiliki tersebut, Amy sangat mengharapkan program akselerasi untuk pelaku usaha modest fashion di Indonesia dalam hal permodalan dari perbankan syariah.

Amy juga mengharapkan dukungan perbankan syariah bagi perkembangan industri busana muslim atau modest fashion benar benar terwujud. Sebab kata dia, potensi industri fesyen  sangat mendukung pertumbuhan ekosistem syariah, baik ekosistem industri halal maupun ekosistem industri keuangan syariah, apalagi kondisi tersebut juga didukung oleh pertumbuhan kelas ekonomi menengah dan dominasi generasi milenial.

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan optimalisasi potensi zakat nasional yang mencapai Rp 327 triliun harus digencarkan, antara lain untuk mendorong pemberdayaan perempuan dan inklusi keuangan bagi 130 juta penduduk yang belum terjangkau akses perbankan.

“Dengan adanya percepatan kesetaraan gender, maka bisa menambah produk domestic bruto (PDB) Indonesia US $ 135 miliar pada 2025,” ungkap dia.

Untuk itu, lanjut Destry,  BI terus mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Ini termasuk dengan mendorong inklusi keuangan bagi 130 juta penduduk yang masih belum terjangkau akses per bankan, lewat pengembangan layanan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).

Sebab pasar keuangan syariah di Indonesia terus berkembang, tidak hanya melalui perbankan syariah, tetapi juga melalui pasar modal, bahkan fintech syariah. Inklusivitas pada EKSyar (cetak biru sistem pembayaran ekonomi dan ke uangan syariah) menjadi nilai tambah, serta mampu menjadi jembatan untuk mengurangi ketimpangan antara orang kaya dan miskin.

Dirut Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi mengatakan, peran perempuan sangat signifikan di berbagai lini, seperti rumah tangga, pendidikan, dan ekonomi, termasuk usaha di sektor ekonomi syariah. Di bidang usaha, 64% lebih usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta turunannya dikelola oleh kaum perempuan.

Ia mengatakan, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia juga sudah lebih dari 53% berdasarkan data pada Agustus 2020. Angka tersebut memang masih lebih rendah dibandingkan dengan partisipasi angkatan kerja laki-laki yang mencapai 83%, namun partisipasi angkatan kerja perempuan itu lebih tinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya, yang masing- masing sekitar 52% dan 52,5%.

“Menarik pula, BSI sebagai bank hasil penggabungan tiga bank syariah milik BUMN juga memiliki jumlah pegawai perempuan cukup banyak. Dari total hampir 20 ribu karyawan BSI, sekitar 40% di antaranya adalah perempuan. Porsi senior management perempuan 20% dan porsi BOD sudah 20% wanita,” kata Hery.

Dia menambahkan, peran perempuan semakin diperhitungkan di Tanah Air baik dari sisi bisnis maupun keuangan, termasuk di perbankan syariah secara umum dan BSI khususnya. Partisipasi perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di perekonomian, sosial, maupun politik, lanjut dia, bukan karena belas kasihan atau kuota yang ditetapkan oleh pemerintah atau unit usaha, namun ka rena kemampuan dan profesionalitas kaum wanita.

“Webinar kali ini merupakan pengingat perjuangan RA Kartini, seorang tokoh yang memperjuangkan wanita untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan kaum lakilaki. Ini termasuk mengembangkan kewirausahaan, hasilnya saat ini kita sudah melihat banyak sekali partisipasi wanita dalam setiap aspek kehidupan,” urai Hery.

Pengentasan dari Kemiskinan

Pimpinan Baznas Saidah Sakwan, mengatakan peran perempuan berpotensi meningkat dalam ekonomi di Indonesia.  Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mencatat, dampak pandemi Covid-19 membuat beban perempuan semakin berat. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan terjadinya peningkatan kemiskinan di Indonesia menjadi 27,4 juta orang, meningkat signifikan dibandingkan tahun 2019 sebanyak 24,7 juta.

“Saat ini, kita mengalami kenaikan jumlah angka kemiskinan cukup signifikan, atau konteks Baznas angka mustahiq cukup signifikan naiknya. Mustahiq ini adalah orang yang berhak menerima zakat,” tuturnya.

Ia mengatakan, meningkatnya kemiskinan di masa pandemi menyebabkan perempuan memiliki beban yang berat dan lebih rentan terancam mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), dibanding laki-laki. Kemudian, ditambah beban harus membimbing anak-anaknya sekolah online atau school from home.

“Kemiskinan yang meningkat, artinya terutama yang miskin perempuan, sebab banyak sekali PHK dan yang di-PHK kebanyakan perempuan. Untuk meringankan beban masyarakat, termasuk perempuan, Baznas memiliki program pengelolaan zakat yang berasal dari pihak yang memiliki kemampuan logistik dan harta yang banyak.

” Ini saatnya gotong royong, redistribusi, saling bantu temen-temen perempuan yang terdampak pandemi Covid-19,” ucapnya.

Mustahiq yang terdampak pandemi, lanjut dia, sangat terbantu dengan program pemberdayaan perempuan. Mustahiq diberikan modal dan pendampingan untuk memulai usaha dan hasilnya bagus. “Ada yang untuk industri rumahan kerupuk kulit dari modal Rp 5 juta, saat ini, mustahiq mampu mengembangkan usahanya hingga memiliki omzet Rp 34 juta. Artinya, dana zakat yang diberikan temen temen muzakki (pemberi zakat) sangat menolong para perempuan di Indonesia yang terkena dampak Covid-19,” tuturnya.

Program pendampingan lain untuk kaum perempuan yang masuk kategori mustahiq adalah membuka usaha Z-Chicken. Dengan begitu, para perempuan yang masih mustahiq ini dapat melakukan transformasi menjadi mandiri dan bangkit menjadi muzakki. Dengan demikian, dapat menjadi pemimpin bagi proses pendidikan anaknya dan ketahanan ekonomi keluarganya.

Deputy Director Business Incubation Shariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Indarwati Rifianingrum mengatakan, berdasarkan studi McKinsey Global Institute pada 2018, produk domestic bruto (PDB) Indonesia akan bertambah US $ 135 miliar per tahun pada 2025, jika ada percepatan kesetaraan gender.

Usaha percepatan kesetaraan gender ini dilakukan lewat peningkatan partisipasi kerja. Partisipasi kerja perempuan diproyeksikan naik dari 50% di 2014 menjadi 56% pada 2025, sehingga menyumbang US $ 43 miliar terhadap PDB per tahun. Kemudian, untuk pekerja perempuan secara penuh-waktu diperkirakan naik dari 89% menjadi 95%, sehingga menyumbang US $ 41 miliar. Produktivitas perempuan juga diproyeksikan naik dari US$ 6.000 menjadi Rp 11.000 per tahun, sehingga ada tambahan PDB US $ 51 miliar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *