JAKARTA, AKSIKATA.COM – Pada momen tertentu seperti pemilihan kepala daerah hingga pemilihan kepala negara di mana saja selalu menjadi perhatian masyarakat setempat. Masyarakat melihat pasangan calon yang akan mereka pilih yang pantas untuk memimpin mereka.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui komptensi serta kredibilitas pasangan calon kepala daerah atau kepala negara. Selain melihat langsung kinerja dan performa mereka keseharian, elektabilitas para pasangan calon ini juga dapat diketahui melalui lembaga-lembaga survei.
Pertanyaan yang banyak muncul di masyarakat adalah soal keakuratan data yang dikeluarkan oleh lembaga survei, tingkat kesalahan dalam melakukan survei hingga keberpihakan lembaga survey terhadap para pasangan calon. Akhirnya sering muncul
perdebatan dari hasil survei terutama survei politik. Dan apa sajakah potensi kesalahan survei (survey error) tersebut yang menyebakan hasil survei selalu dipertanyakan.
Communication Research Community (Conquire) mencoba menjawab dengan mengurai berbagai kesalahan yang terjadi dengan aspek aspek teori yang relevan. Bekerja sama dengan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid, Conquire mengadakan bincang-bincang sambil ngabuburit seputar kesalahan survei. Menampilkan pembicara utama, Dr. Pinckey Triputra, M.Sc, peneliti senior komunikasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia dan pemantik diskusi Dr. Andi Mirza Ronda, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sahid.
Pada bincang-bincang yang berlangsung Kamis (15/4/2021) lalu dan diikuti secara daring oleh peserta dari Jakarta dan luar Jakarta, Pinckey Triputra menyebutkan kesalahan total survei didasarkan pada fakta bahwa kesalahan dapat terjadi pada setiap tahap survei itu sendiri.
Untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi banyak langkah yang harus diperhatikan oleh pelaku survei yakni, pentingnya tujuan sebuah penelitian, sikap dalam menentukan populasi sasaran. Setelah itu peneliti tentukan dengan cermat model dan desain dari sebuah survey serta pilihan-pilihan kerangka contoh penelitian.
Langkah selanjutnya papar Pinckey adalah membuat daftar pertanyaan serta menguji ketepatan pertanyaan ini. Kemudian peneliti memilih responden-responden dan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Langkah akhir adalah memproses dan menganalisis data yang masuk.
Menurut Pinckey Triputra, ada beberapa tipe kesalahan (type error) sebuah penelitian yakni random error, systematic error, coverage error, sampling error, nonresponse error, dan measurement error.
Disebutkan bahwa pada random error, kesalahan terjadi secara acak seperti faktor psikologis responden ataupun kondisi serta proses pengukuran yang bersifat temporer dan ini dapat mempengaruhi reliabilitas pengukuran efek. Pada systematic errors, kesalahan yang terjadi secara sistematis, antara lain bersumber pada faktor-faktor yang inherent dalam program ataupun dalam alat ukur, indicator/kriteria evaluasi hasil yang diukur, dan juga dalam mengukur korelasi antara program variables dan outcome variables.
Oleh karenanya, pahami kesalahan-kesalahan pada hasil survei, sehingga masyarakat bisa memahami lebih jelas dan lebih kritis pada produk-produk survei yang ditayangkan, pungkas Pinckey.
Untuk melihat rekaman tayangan ini dapat diakses melalui https://youtu.be/P-Ymnb-qKNc
(PR)