KINABALU-AKSIKATA.COM- Kondisi di lokasi keberadaan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, di waktu sekitar minggu ini sangat riuh.
Sekalipun sedang libur semester, Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) terbesar di dunia itu tetap terlihat padat dengan didatangi sekitar 700-an orang dari berbagai tempat di Sabah, yang jaraknya sangat jauh.
Seperti contoh dari Tawau, yang jaraknya 1000-an km ke Kota Kinabalu (KK) pergi-pulang atau 12-14 jam jika ditempuh dengan kendaraan umum.
Sejumlah 591 orang dari mereka adalah pelajar yang lulus seleksi Program Generasi Maju Cinta Tanah Air (Gema Cita) Tahun 2025 dan otomatis selanjutnya mereka menjadi penerima Beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) dan Yayasan untuk Anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia. Pelajar – pelajar ini semua berkumpul di SIKK guna menjalani program pembekalan dan pemberangkatan.
Program Gema Cita sejatinya adalah sebuah program yang menyediakan pelayanan pendidikan bagi anak PMI di Sabah dan Sarawak untuk melanjutkan pendidikan jenjang SMA /sederajat (Sekolah Menengah Kejuruan atau Madrasah Aliyah) di berbagai sekolah di Indonesia.
Pelajar -pelajar yang diberikan pelayanan pendidikan itu kebanyakan mereka yang lahir di Malaysia (Sabah-Sarawak) disebabkan ikut orang tua bekerja di ladang-ladang sawit.
Pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) mereka telah selesaikan di SIKK atau di berbagai Community Learning Center (CLC) yang tersebar di Sabah dan Sarawak.
SIKK dan CLC adalah produk dari hasil kerjasama dan kesepakatan yang baik antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam bidang pendidikan.
Dengan adanya jumlah anak PMI di Sabah dan Sarawak begitu banyak, terutama di ladang-ladang sawit, dan sebagian besar tidak berizin tinggal (visa), pada akhirnya anak-anak ini tak bisa bersekolah di sekolah-sekolah formal di Malaysia.
Oleh sebab itulah Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan dan Kementerian Luar Negeri, secara berkelanjutan membentuk SIKK dan CLC di Malaysia.
SIKK mendapatkan ijin beroperasi oleh Kerajaan Malaysia pada 1 Desember 2008.
CLC diizinkan beroperasi di lokasi Sabah mulai tanggal 25 November 2011 dan di lokasi Sarawak mulai tanggal 20 Januari 2016.
Dalam lingkup administratif, SIKK mampu menjadi induk dari semua pengurusan pelayanan pendidikan di CLC di Sabah dan Sarawak.
Sistem pembelajaran dan kurikulumnya sama seperti yang diberlakukan di Indonesia.
Tenaga-tenaga pendidik profesional juga dikirim dari Indonesia.
Hingga bulan Mei 2025, total pelajar yang diberikan pelayanan pendidikan formal di SIKK dan CLC sudah mencapai angka 22.442 orang
Program Gema Cita secara informal telah terlaksana sejak tahun 2013.
Awal mulanya timbul dari rasa peduli yang sangat tinggi dari Guru-guru SIKK dan CLC yang pernah bertugas di Sabah, yang selanjutnya membentuk sebuah lembaga nirlaba bernama Sabah Bridge (SB).
Saat itu tujuan awalnya adalah untuk membantu para pelajar alumni SMP SIKK-CLC untuk bisa melanjutkan pendidikan jenjang SMA/SMK/MA di sekolah-sekolah di Indonesia secara mandiri.
Seiring waktu berjalan, program ini disambut positif oleh banyak pihak disebabkan hasil yang diperoleh sangat baik.
Bisa dibuktikan dengan makin banyak pelajar alumni SMP SIKK-CLC yang setiap tahun bisa melanjutkan pendidikan di Indonesia lewat jalur mandiri.
Sejak tahun 2017, program ini selanjutnya dikelola dan dikoordinasi secara lebih baik yang melibatkan SB dengan SIKK, Perwakilan RI di Kuala Lumpur dan Sabah.
Bahkan diketahui pesertanya makin bertambah dan sebagian mendapatkan bantuan dengan pemberian beasiswa jalur Adem maupun Yayasan.
Terdapat tiga jalur pelayanan pendidikan yang diberikan fasilitas, yaitu:
1. Jalur Adem (Afirmasi Pendidikan Menengah)
Peserta yang sudah lolos seleksi akan mendapatkan beasiswa penuh oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI untuk bisa melanjutkan
sekolah sampai tamat di sekolah-sekolah di Indonesia yang telah ditetapkan.
2. Jalur Yayasan
Sejumlah yayasan/lembaga pendidikan di Indonesia yang sudah menjadi mitra SB-SIKK akan menanggung sepenuhnya semua biaya pendidikan (Tipe A).
Ada juga beberapa yayasan yang tidak menanggung sepenuhnya biaya tersebut (Tipe B).
3. Jalur Mandiri
Peserta program ini diberikan fasilitas kelengkapan dokumen perjalanan dan kelanjutan sekolahnya tanpa mendapatkan bantuan beasiswa.
Di era Covid-19 (2020-2022), program ini tetap berlanjut, bahkan mampu makin meluas dengan keikutsertaan perwakilan dari CLC Sarawak juga disusul Sanggar Belajar (SB) di Semenanjung (Selangor dan Johor Bahru).
Pelaksanaannya juga semakin dikoordinir dengan baik, turut melibatkan SIKK, KBRI Kuala Lumpur, KJRI Kota Kinabalu, KJRI Kuching, KRI Tawau dan sekolah-sekolah mitra.
Beasiswa jalur Adem sepenuhnya didukung dari anggaran Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikdasmen RI.
Tim penyelenggaranya di bawah SIKK dengan nama panitia “Beswan Repatriasi Anak PMI di Malaysia”.
Sejak tahun 2022, program ini berganti nama menjadi “Generasi Maju Cinta Tanah Air (Gema Cita)”, dengan slogan yang cukup heroik: “Kembalilah ke Indonesia Kita….”
Hingga sekarang, sudah tercatat sebanyak 4.036 alumni CLC SMP SIKK-CLC yang mampu berhasil mendapatkan pelayanan pendidikan lanjutan melalui Program Gema Cita baik Jalur Adem (2.682) atau Jalur Yayasan (1.354).
Sebagian besar dari mereka bahkan sudah menjalani kuliah dan ada yang sudah menjadi sarjana di berbagai perguruan tinggi di Indonesia atau di luar negeri, dan ada juga yang sudah bekerja di berbagai tempat.
Pada tahun 2025, Program Gema Cita diikuti oleh 847 alumni CLC SMP SIKK, CLC dan SB di Malaysia (Sabah 754; Sarawak 29; Semenanjung 50), termasuk 11 orang dari Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ).
Pihak panitia di Sabah telah menyusun serangkaian jadwal kegiatan secara rapi sebagai berikut :
– sosialisasi (9-11 Februari 2025)
– pendaftaran (15-18 Februari 2025)
– seleksi (26-28 Februari 2025)
– pengumuman (Mei 2025)
– pengumpulan dokumen dan pengurusan special pass (Mei-Juli 2025)
– persiapan keberangkatan dan pengantaran ke sekolah tujuan (1-7 Juli 2025).
Sekitar tanggal 26-28 Februari 2025, semua peserta berlomba secara selektif untuk mencari tempat belajar lanjutan di 100-an sekolah tujuan Jenjang SMA/SMK/MA yang tersebar luas di 12 provinsi di Indonesia (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Lampung).
Sebagian besar peserta telah mengikuti seleksi di Sabah.
Proses seleksi tersebut meliputi kelengkapan dokumen administratif, tes kemampuan literasi dan numerasi, tes psikologi, wawancara dan uji bakat, tes keagamaan dan budi pekerti serta tes kesehatan.
Para tenaga penguji terdiri dari unsur Guru SIKK, Guru Bina CLC dan Tim dokter profesional.
Untuk di lokasi Sabah, sebelum proses seleksi dilangsungkan, semua peserta juga harus memproses penerbitan paspor di KJRI Kota Kinabalu dan KRI Tawau.
Sebelum didampingi menuju sekolah masing-masing, mereka dikumpulkan di SIKK untuk diberikan pembekalan.
Mulai dari hal pengenalan tentang keragaman budaya Indonesia, seluk-beluk pendidikan jenjang SMA ( putih abu-abu), kesehatan dan pola hidup sehat, masalah ketahan-malangan, penyimpanan dokumen pribadi yang penting (paspor dll.), etika dalam bergaul dan bermedia sosial, penyalahgunaan narkoba, persiapan tinggal dan hidup di berbagai daerah di Indonesia dll.
Kemudian sekitar tanggal 4-7 Juli 2025, mereka diberangkatkan secara bertahap dengan pesawat terbang ke daerah tujuan sekolah masing-masing, didampingi guru dan pembimbing yang sudah ditentukan.
Keberangkatan melalui dua pintu keluar dari Sabah: Bandara Internasional Kota Kinabalu (KKIA) dan Pelabuhan Tawau (khusus untuk tujuan Kalimantan Utara).
Setelah melewati proses check in dan sebelum berangkat dari bandara, atau dari Pelabuhan Tawau, mereka tidak lupa meneriakkan slogan “Kembalilah ke Indonesia Kita….” .
(dps)
Foto : chatnews