JAKARTA, AKSI KATA. COM – Bagaimana AI mengubah Fotografi? Begitu pertanyaan besarnya. Apalagi kerancuan hasil karya fotografi kini banyak “diragukan” atas hasil cipta si pengolah kreatifitasnya. Terutama saat banyak yang bertanya apakah karya tersevut cenderung pada orisinalitas. Atau memang full editing dengan perkembangan bernama AI atau Artificial Intelligence alias kecerdasan buatan.
Adalah Yulius Widi Nugroho, yang merupakan lulusan S3 Art Creation – Photography – Doctoral Program at ISI (Institute of Art Indonesia) di Denpasar, Bali, yang mengungkapkan berbagai pemahaman tentang kegaduhan AI di dunia fotografi.
Dipaparkannya, AI dapat otomatisasi memudahkan berbagai tugas yang sebelumnya memakan waktu, seperti pengeditan gambar, penyempurnaan kualitas, dan penghilangan objek yang tidak diinginkan.
Beberapa aplikasi AI sudah memungkinkan penyempurnaan instan seperti koreksi warna, penyempurnaan pencahayaan, dan retouching wajah hanya dengan satu klik.
Teknologi AI bisa menghasilkan gambar yang terlihat realistis tanpa menggunakan kamera sama sekali. Masa depan fotografi mungkin akan menggabungkan gambar nyata dengan gambar hasil generasi AI untuk menciptakan karya seni yang lebih unik dan kreatif.
Fotografi Computational
Fotografi komputasional sudah mulai diterapkan di smartphone dan kamera modern. Kamera bisa menggabungkan beberapa gambar yang diambil dalam waktu yang sangat singkat untuk menghasilkan satu gambar dengan kualitas lebih tinggi (HDR, pengurangan noise, dsb.).
Di masa depan, AI memungkinkan fotografer menghasilkan gambar dengan detail, dinamis, dan kejernihan yang luar biasa tanpa harus memiliki peralatan kamera yang canggih.
AI juga akan memungkinkan penyesuaian yang lebih personal dan gaya fotografi yang lebih unik. Dengan algoritma pembelajaran mesin, fotografer bisa menciptakan gaya pengeditan yang sesuai dengan preferensi estetika mereka, dan AI akan belajar dari preferensi tersebut untuk memberikan hasil yang konsisten dengan sedikit usaha.
Kemampuan AI untuk menciptakan gambar yang terlihat nyata, akan ada tantangan terkait dengan etika. Fotografi yang dihasilkan AI mungkin menimbulkan kebingungan antara karya asli dan yang direkayasa, serta dapat digunakan untuk menciptakan misinformasi atau deepfake yang sulit dibedakan dari kenyataan. Khususnya aplikasi pada Fotografi Jurnalistik.