JAKARTA, AKSIKATA.COM – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Badan Riset dan Inovasi (BRIN) didukung United Nations Development Programs (UNDP) menggelar lokakarya dan pameran hasil Proyek GOLD- ISMIA, Rabu (7/12/2022).
Workshop ini menghadirkan hasil proyek selama 4,5 tahun di 6 lokasi, yakni di Kulonprogo, Lombok Barat, Minahasa Utara, Halmahera selatan, Gorontalo Utara dan Kuantan Singingi. Melalui proyek GOLD-ISMIA ini, berhasil menurunkan 23 ton penggunaan merkuri melalui beberapa pendekatan pada Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di Indonesia.
“Saya minta dari pemerintah daerah jangan berhenti pada saat proyek ini sudah selesai. Tolong dijaga keberlanjutan dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan,” kata Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati.
Menurut dia, proyek GOLD-ISMIA merupakan salah satu bentuk implementasi Konvensi Minamata tentang merkuri yang bertujuan menghapus penggunaan merkuri. Proyek telah mendokumentasikan sebesar 19,47 ton merkuri yang telah dihindari penggunaannya oleh penambang PESK di lokasi proyek GOLD-ISMIA.
“Hal ini membuktikan kepada pihak internasional dan nasional bahwa Indonesia telah melakukan kewajibannya dengan baik sebagai negara anggota Konvensi Minamata.”
Rosa pun mendorong pemerintah daerah untuk menghubungi dan berkonsultasi dengan KLHK jika terjadi isu seperti alat yang rusak dan tidak membiarkan kerusakan itu hingga tidak dapat digunakan.
“Jadi yang turut menjaga adalah teman-teman pemda, Dinas Lingkungan Hidup harus jaga,” ujarnya
Karena itu, sambung dia, proyek ini mempunyai tujuan untuk mengurangi dan menghilangkan penggunaan merkuri di PESK dengan cara penguatan regulasi, memberikan akses pembiayaan untuk pembelian peralatan pengolahan emas tanpa merkuri, memberikan bantuan teknis, transfer teknologi, peningkatan kesadartahuan bahaya merkuri dan memberikan akses seimbang untuk penambang perempuan dan laki-laki.
“Perjuangan ini tidak boleh berhenti sampai disini. Pemerintah pusat khususnya KLHK dan daerah akan meneruskan strategi yang telah dilakukan GOLD-ISMIA untuk menghapuskan penggunaan merkuri di sektor PESK,” tegasnya.
Menurutnya, PESK menjadi penyebab terbesar dari pelepasan merkuri ke alam. Merkuri dapat mengalir sampai jarak jauh, berkontribusi terhadap polusi merkuri global dan mencemari ekosistem dan perikanan dunia. Paparan merkuri dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, dan merupakan ancaman khusus bagi perkembangan anak dalam rahim di awal kehidupan. Penghapusan merkuri secara bertahap dari sektor PESK merupakan hal yang paling penting,” jelasnya.