JAKARTA, AKSIKATA.COM – PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) mengajak generasi milenial untuk memulai berinvestasi dengan prinsip impact investing.
Fitur ini memungkinkan para pemberi pinjaman (lender) mengetahui dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari tiap peminjam (borrower) yang ditampilkan dalam aplikasi microfinance marketplace Amartha.
Di Amartha, beberapa investor seperti Women’s World Banking, Norfund dari Norwegia, dan Mandiri Capital, menyatakan ketertarikannya bergabung sebagai pendana di Amartha adalah karena kesamaan nilai, yakni semangat untuk menciptakan dampak lewat layanan keuangan.
Rezki Warni, AVP of Marketing and PR Amartha menjelaskan, Amartha melihat potensi pasar yang sangat besar dengan membawa nilai impact investing.
“Bagi investor, pendanaan berdampak dinilai lebih sustainable dan tetap menghasilkan return yang tidak kalah baik dengan investasi tradisional,” kata Rezki.
Menurutnya, Amartha sebagai perusahaan yang menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan, sangat mengutamakan penciptaan dampak dari layanan yang kami berikan.
Amartha juga melihat potensi pasar yang sangat besar dengan membawa nilai impact investing ini. “Bagi investor, pendanaan berdampak dinilai lebih sustainable dan tetap menghasilkan return yang tidak kalah baik dengan investasi tradisional,” katanya.
erdasarkan studi Angel Investor Network Indonesia (ANGIN) pada 2020 lalu, salah satu sektor yang menjanjikan impact investing adalah pada perempuan pelaku usaha mikro yang dinilai dapat memberikan kontribusi 135 miliar dolar AS (sekitar Rp 1,8 kuadriliun) pada PDB tahunan.
Lebih lanjut dia menyebut, pendana milenial sangat berpeluang besar untuk menyuburkan tren impact investing di Indonesia. Dengan karakter yang melek digital serta kemampuan dan literasi keuangan yang baik, Amartha melihat dominasi generasi millenial dalam impact investing masih akan terus berkembang.
“Kontribusi generasi milenial ini merupakan hal yang harus kita dukung dengan teknologi. Oleh sebab itu, saat ini aplikasi Amartha sudah dilengkapi dengan fitur impact investing, di mana pendana dapat mengetahui dampak apa saja yang sudah mereka ciptakan, serta memilih pendanaan berdasarkan kategori impact-nya,” urainya.
Anisa Aprilia, Certified Financial Planner yang juga ditemui pada kesempatan yang sama, memberikan beberapa tips bagi generasi milenial yang ingin memulai impact investing melalui platform microfinance marketplace.
“Impact investing dapat menjadi pilihan bagi generasi milenial dalam mendiversifikasi portofolio investasinya. Untuk memastikan pendanaan dapat menciptakan dampak, maka pendana harus mencermati portofolio usaha yang akan didanai. Sektor seperti UMKM perempuan, usaha rumah tangga, pertanian dan perkebunan ramah lingkungan, bisa menjadi pilihan untuk melakukan impact investing, karena berpeluang memperoleh imbal hasil dari sektor tersebut dan menciptakan dampak” ujar Anisa.
Selain mencermati jenis usaha yang didanai, beberapa indikator juga perlu dicek dalam memilih platform lending yang akan menyalurkan pendanaan. Di antaranya, perusahaan memiliki NPL (Non performing loan) stabil di bawah 1%, perusahaan rutin mempublikasi laporan pengukuran dampak, serta angka TKB90 yang semakin mendekati angka 100%. Seluruh informasi tersebut bersifat publik sehingga dapat diakses oleh pendana.