JAKARTA, AKSIKATA.COM – Sejumlah dosen universitas Bina Sarana Informatika bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menggelar program Pengabdian Masyarakat (PM) yang merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, Minggu (14/11/2021). Kegiatan yang digelar secara daring ini diharapkan dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dosen-dosen, yang terdiri dari Maya May Syarah, Subroto Kardjo, Sri Wulandari, Fahmy Fotaleno dan tiga mahasiswa, yakni Angga Milleniawan Dwiharjo, Syifa Dwi Indriani, dan Geraldi Naga Junior, berlangsung secara daring, dengan mengusung tema Pelatihan Public Speaking untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi dalam Mengatasi Problem Sampah di DLH Kecamatan Tebet, terutama di Kelurahan Tebet Barat, Tebet Timur dan Menteng Dalam.
Menurut Maya May Syarah, ketua pelaksana, besarnya jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat dan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, karena itu diperlukan adanya pengolahan sampah yang tepat agar bisa teratasi dengan baik. Selain itu, dalam menangani permasalah sampah diharapkan adanya kesadaran dari seluruh masyarakat.
Agar kesadaran dapat terbentuk perlu adanya suatu kegiatan kampanye program sekaligus mensosialisasikan pentingnya menata dan mengolah sampah dengan baik. Karena itu diperlukan kemampuan strategi komunikasi yang tepat untuk para petugas pengelola agar dapat mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga yang baik sehingga tidak mencemari lingkungan dan berdaya guna.
Maya pun memberikan tips agar para petugas kebersihan ini bisa lebih berani dan percaya diri untuk menyampaikan pesan dan informasi kepada warga khususnya terkait pemilahan sampah.
Menurutnya ada 5 jurus agar public speaking sukses dilakukan, di antaranya tentukan tujuan, spesifikasi yang jelas dan mengenali audiens. “Tentu tujuan awalnya tadi adalah pengangkutan sampah terjadwal, mengurangi volume sampah dan ada pemilahan sampah. Jadi kita tahu dulu tujuannya apa ketika turun ke lapangan yang tentunya sudah dibekali materi yang baik dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta,” katanya.
“Kalau kita sudah tahu tujuannya apa, harus ada spesifikasi yang jelas. Maksudnya ada kalimat yang tepat dan positif untuk disampaikan ke warga. Kemudian harus bisa membendung diri kita dimana harus memberi kesan kita sebagai petugas di lapangan untuk mengajak kebaikan,” tambahnya.
Sementara itu, Subroto yang juga merupakan praktisi media menyinggung hal yang paling penting dalam hal public speaking yaitu mengenali audiens. Karakter dan tipikal warga itu seperti apa, harus diketahui dulu sebelum menyampaikan pesan.
“Pentingnya mengenali audiens sehingga dapat memilih strategi komunikasi yang tepat untuk mensosialisasikan program-program penanganan sampah. Misalnya ketika melakukan pendekatan ke warga, perlu adanya peran dari tokoh masyarakat, ustad atau pimpinan terkait di wilayah tersebut,” pungkasnya.
Safruddin petugas dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang sehari-harinya bertanggung jawab atas sampah di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, menyambut baik pelatihan public speaking dari dosen dan mahasiswa UBSI ini. Dia mmengakui adanya kendala dalam komunikasi di wilayahTebet, karena banyak komplek perumahan atau rumah.
“Kendala paling utama itu karena di Tebet Barat dan Timur ini kan banyak rumah-rumah mewah yang tentunya pemiliknya pasti tingkat pendidikannya lebih tinggi dibanding petugas kami, jadinya terkadang petugas di lapangan juga kesulitan untuk menyampaikan agar mereka memilah sampahnya. Ya, mungkin mereka merasa lebih tahu dari petugas kebersihan,” ungkap Safrudin.