AKSIKATA.COM, JAKARTA – Pada puncak peringatan Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina, (29/11, Adara Relief International (Adara) menggelar acara bertajuk “Solidarity for Peace”.
Diselenggarakan secara daring, acara yang diawali dengan rangkaian acara Milenial Peacemaker Festival pada 27 dan 28 November lalu ini, ditutup dengan kegiatan talkshow bersama perwakilan generasi muda Palestina Husamuddin Mahmud (Kandidat Doktor Hukum Internasional), Syaima Raihanah Fuad (Pelajar SMA), dan Sri Vira Chandra (Ketua Adara).
Diikuti oleh ratusan peserta baik melalui media zoom maupun media sosial lainnya. “Solidarity for Peace” dibuka dengan orasi dan pembacaan puisi dari para pimpinan komunitas mitra Adara.
Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina ditetapkan pertama kali oleh PBB berdasarkan Resolusi Sidang Umum 32/40 B tanggal 2 Desember 1977.
Resolusi ini menandai setiap tanggal 29 November sebagai pengingat bahwa sampai hari ini, rakyat Palestina belum mendapatkan hak-hak kemanusiaannya.
Hak-hak tersebut adalah hak untuk menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan negara lain, hak kemerdekaan dan kedaulatan nasional, serta hak untuk kembali ke tanah air mereka dari tempat pengungsiannya.
Husamuddin Mahmud mengawali perbincangan dengan pembahasan tentang Resolusi Partisi atau Resolusi 181 yang diadopsi pada 29 November 1947.
“Resolusi ini adalah dalang dari tragedi yang terjadi hingga saat ini karena Palestina harus berbagi wilayah dengan penjajah Israel,” ungkap Husam.
Resolusi 181 dianggap sebagai keputusan zalim dan cacat hukum karena lebih dari 50% wilayah Palestina menjadi kuasa Israel, sementara warga Palestina hanya mendapatkan 44,48% dari tanah air milik mereka. Sementara sisanya merupakan 2 wilayah kota berstatus khusus, yaitu Al Quds dan Bethlehem.
Sebanyak 33 negara mendukung resolusi tersebut sedangkan 13 lainnya –yang mayoritas adalah negara Arab dan muslim– menentangnya.
Sementara itu, sepuluh negara termasuk Inggris menyatakan abstain.
“Peringatan yang jatuh setiap 29 November ini menjadi kesempatan untuk memperlihatkan fakta kepada komunitas internasional bahwa persoalan Palestina belum usai. Saya melihat ada banyak pihak seperti Adara dan komunitas lain yang menyerukan penderitaan Palestina sehingga rakyat di sini merasakan ada pihak yang masih berdiri bersama mereka,” ucap Husam.
Lebih lanjut, Husam menjelaskan peran yang bisa kita lakukan untuk rakyat Palestina saat ini. “Yang paling sederhana adalah doakan kami di setiap salat. Ikut berbahagia dan bersedih dengan apa yang kami rasakan. Berikan dukungan tiada henti pada rakyat Palestina, baik secara moril maupun materil. Umat muslim juga bisa menjadi delegasi atau duta kota Al Quds dengan menyuarakan kondisi terkini kepada dunia. Serta yang utama, mendidik anak-anak untuk mencintai Palestina yang merupakan bumi para nabi.” jelas Husam.
Seperti kita ketahui, isu bangsa Palestina bukanlah persoalan rakyat Palestina semata. Bukan hanya permasalahan bangsa-bangsa Arab tapi merupakan masalah bagi setiap orang yang di dalam hatinya masih memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
Kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) serta Bahrain beberapa waktu lalu membuat peta politik di Timur Tengah perlahan berubah. Hal ini tentu melukai bangsa Palestina.
Zionis Israel melakukan kejahatan untuk menghapus nilai dan budaya Arab dan Islam yang ribuan tahun berkuasa di Palestina. Target Israel adalah anak-anak agar mereka tidak bisa melanjutkan perjuangan.
Senada dengan Husam, Syaima Raihanah Fuad menyatakan, “Meskipun generasi pertama Palestina sudah wafat, tapi generasi muda kami tidak akan pernah lupa saat-saat ketika kami diusir besar-besaran dari tanah kami.”
Syaima pun menyampaikan bagaimana cara rakyat Palestina tetap tegar dan tak gentar berjuang hingga saat ini. “Apa yang kami perjuangkan adalah persoalan akidah. Rakyat Palestina juga terus mewariskan wawasan dan semangat dari generasi ke generasi. Jika kami menyerah melakukan perlawanan, maka Palestina akan jatuh ke tangan Israel seiring dengan jatuhnya para pejuang tersebut.” ucap Syaima dengan penuh semangat.
Dalam orasinya, Sri Vira Chandra selaku Ketua Adara membeberkan fakta menyedihkan yang terjadi di Palestina.
Sebanyak 95% air bersih di Gaza tercemar. Sejumlah 65% penduduk Gaza hidup dalam kemiskinan dan rumah-rumah di Tepi Barat dihancurkan saat memasuki musim dingin sehingga mereka harus terpaksa tinggal di goa-goa.
“Hari ini, kita hadir untuk bersama-sama menunjukkan solidaritas kita kepada Palestina. Di mana hati nurani kita? Saatnya kita menunjukkan kepedulian dengan apa yang kita bisa,” kata Vira.
Dalam acara ini Adara membuka kesempatan kepada para donatur untuk berkontribusi dengan berdonasi melalui lelang barang-barang Palestina antara lain lukisan sulam pita Masjid Al Aqsa karya Ibu Remi Rachmawati, pengurus Majelis Taklim Masjid Raya Bani Umar.
Tak lupa Adara mengajak masyarakat Indonesia khususnya para pemuda untuk turut ambil peran dalam perjuangan Palestina dengan kontribusi nyata dengan program Chalenge 20K. Karena membantu persoalan Palestina butuh bukti berupa bantuan nyata, berapapun yang kita mampu.
Dan tentunya agar saudara-saudara Palestina tidak merasa sendiri, Adara mengajak untuk menyuarakan penderitaan dan kondisi terkini mengenai Palestina melalui media sosial, mengedukasi masyarakat luas melalui media yang menyebarkan berita untuk mendukung perjuangan Palestina, mengecam upaya normalisasi yang dilakukan Israel, memboikot penggunaan produk-produk dari perusahaan yang mendukung kegiatan zionis, dan memberikan dukungan secara materil melalui harta yang kita donasikan untuk keberlangsungan perjuangan rakyat Palestina.