JAKARTA, AKSIKATA.COM – Atas kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS) ke Tanah Air, Istana kini tak bisa tenang. Suasana Istana bisa disebut dalam keadaan tegang. Hal ini diungkap pengamat politik Rocky Gerung, dalam kanalnya di tayangan YouTube Rocky Gerung Official, Selasa (10/10).
Menurut filsuf, kepulangan HRS juga akan menyita perhatian masyarakat terkait isu politik saat ini. Sikap kritis HRS berdampak baik bagi jalannya demokrasi.
“Pemerintah kini tak bisa tenang dengan kepulangan Rizieq. Soalnya Habib Rizieq diyakini akan bersuara lantang terkait sejumlah kebijakan yang menjadi kontroversi di masyarakat. Misalnya Undang-undang Cipta Kerja atau Omnibus Law. Yang problem sekarang adalah istana yang tegang. Sebab Habib Rizieq pulang, dalam dua tiga hari ke depan seluruh isu akan soal istana.”
“Mungkin istana bisa mengira omnibus law dilupain, undang-undang HIP (Haluan Ideologi Pancasila-red) dilupain. Oh enggak, justru Habib Rizieq pulang, dia akan bersama dengan rakyat untuk mengadang omnibus law, HIP,” ujar Rocky.
Masyarakat berharap banyak dengan kepulangan HRS membawa arah yang baik bagi Indonesia.
“Jangan halangi keinginan publik untuk melihat perubahan. Jadi pulangnya Habib Rizieq itu pulangnya sebuah janji perubahan,” ucapnya.
“Mau ditafsirkan dengan cara apapun, beliau sudah dalam keadaan memimpin perubahan,” imbuhnya.
Akedemisi ini yakin Habib Rizieq bakal menjadi oposisi pemerintah, layaknya Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo.
Berpasangan dengan Gatot Nurmantyo, HRS bakal berhadapan dengan rezim Jokowi. Mereka diyakini akan selalu mengkritik atas apa kebijakan pemerintah.
“Jadi di publik sekarang ada Gatot Nurmantyo, ada Habib Rizieq, semua orang identifikasikan itu sebagai pemimpin oposisi.”
“Apapun alasannya mereka berseberangan dengan rezim sekarang,” lanjutnya.
Meski demikian, Rocky menyebutkan bahwa banyaknya orang yang mengkritisi suatu kepemimpinan akan baik bagi kehidupan demokrasi tanah air.
“Itu baik bagi demokrasi, berseberangan dengan rezim sangat perlu untuk menghasilkan orang Indonesia yang berpikir, Indonesia yang bermutu, Indonesia yang setara, Indonesia yang majemuk,” kata dia.