Tradisi Ma’Nene di Toraja, Mayat yang Berumur Ratusan Tahun Diganti Pakaiannya

Tradisi Ma'Nene di Toraja. (foto: Indonesiakaya)

JAKARTA, AKSIKATA.COM – Salah satu tradisi yang paling unik di Tana Toraja, Sulawesi Selatan adalah Ma’Nene. Ma’Nene merupakan ritual membersihkan jasad para leluhur yang sudah ratusan tahun meninggal dunia. Mayat leluhur yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun dikeluarkan dari dalam liang kuburan untuk dibersihkan dan diganti baju dan kainnya.

Tradisi tak biasa ini masih dilaksanakan, antara lain di Desa Pangala dan Baruppu, Toraja Utara setiap 3 tahun sekali setelah panen besar di bulan Agustus. Ritual ini menjadi aturan standar tak tertulis yang selalu dipatuhi oleh masyarakat di sana.

Prosesi dari ritual Ma’Nene diawali saat para anggota keluarga datang ke Patane, yang merupakan sebuah kuburan keluarga yang bentuknya menyerupai rumah. Lalu mereka mengambil jasad dari anggota keluarga mereka yang telah meninggal dan tersimpan selama ratusan tahun itu. Setiap jasad yang tersimpan berada dalam kondisi utuh karena memang sebelumnya diawetkan.

Sebelum membuka peti dan mengangkat jasad, ketua adat dengan sebutan Ne’ Tomina Lumba, membacakan doa dalam Bahasa Toraja kuno. Dia memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat keberkahan setiap musim tanam hingga panen.

Setelah jasad dikeluarkan dari kuburan, kemudian jasad itu dibersihkan dengan menggunakan kuas. Pakaian yang dikenakan jasad para leluhur itu diganti dengan kain atau pakaian yang baru. Untuk jasad pria akan dikenakan pakaian yang rapi, lengkap mulai dari jas sampai kacamata. Sedangkan, untuk jasad wanita akan dikenakan gaun pengantin.

Kemudian jasad di jemur beberapa menit di bawah sinar matahari untuk dikeringkan. Hal ini dilakukan agar jasad tetap awet. Sesudahnya jasad tersebut dibungkus dan dimasukan kembali ke Patane dengan menyertakan hadiah di dalam peti yang berornamen dan berwarna-warni.

Kemudian mereka berkumpul di rumah adat Tongkonan untuk beribadah bersama. Ritual ditutup dengan Sisemba yang menjadi momen silaturahmi antar keluarga dengan cara makan bersama. Makanan yang dihidangkan harus berasal dari sumbangan setiap keluarga leluhur.

Ritual Ma’Nene tidak hanya sekadar ritual memandikan jasad dan memakaikan pakaian baru. Ritual ini memiliki makna lebih, yakni mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar anggota keluarga bagi masyarakat Toraja, terlebih bagi sanak saudara yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.

Masyarakat Toraja percaya bila merawat jenazah itu akan mendatangkan keberuntungan. Tradisi ini mengakar dalam budaya masyarakat Toraja . Istilah Ma’nene dipahami dari kata nene’ alias “nenek” atau leluhur/orang yang sudah tua. Namun ada yang mengartikannya dengan orang yang sudah meninggal dunia.

Mengutip dari laman National Geographic, ritual ini telah dilangsungkan sebelum tahun 1900-an. Ritual ini didasari sebuah kisah seorang pemburu binatang bernama Pong Rumase. Ketika dia sedang berburu di hutan Pegunungan Balla, tanpa sengaja dia menemukan mayat manusia dengan kondisi hanya tulang.

Melihat kondisi tersebut, hati Pong Rumasek tergerak. Dia lalu membersihkan jasad itu dan dibungkus dengan pakaian yang dikenakannya.

Hal aneh pun terjadi, ketika Pong Rumasek pulang, tiba-tiba hasil panennya berlimpah, perkebunannya panen lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Dia juga selalu mudah mendapatkan bintang buruan maupun buah-buahan di hutan. Dari sinilah Pong Rumasek berpikir bahwa tubuh orang yang telah meninggal dunia harus tetap dimuliakan, meskipun itu hanya tulang belulang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.