Trending “Indonesia Terserah”, Bentuk Simbolisasi Pesimisme yang Dikomunikasikan oleh Tenaga Medis

Indonesia terserah (foto: insta @dr.tirta)

Oleh : Muhammad Irfan M.I.Kom )*

Dua bulan sudah Covid-19 mencengkram gerak kita. Tiap hari kita disuguhkan pemberitaan di media yang kontra produktif dengan keinginan kita, mulai banyaknya pelanggaran PSBB (Pembatasan Sosial Skala Besar). Tidak menggunakan masker saat bepergian. Pengguna roda empat yang melebihi kapasitas. Penolakan dengan kekerasan (baca: ngamuk) saat diperiksa pada operasi kepatuhan PSBB. Hingga percobaan penyelundupan orang dalam bagasi, truk, mobil derek dan sebagainya. Kerumunan di pusat perbelanjaan McD Sarinah, di pasar tradisional dan mall untuk belanja baju lebaran. Bahkan, bergumulnya pemudik di bandara Soekarno Hatta.

Ketika Presiden mengeluarkan statement untuk berdamai dengan Covid-19 dan ditambah tumpang tindih kebijakan pusat dan daerah, hingga menimbulkan ambiguitas dalam masyarakat. Pada saat yang sama, komunikasi yang coba untuk ditampilkan oleh para tenaga medis tercurah dengan tulisan frasa “Indonesia terserah”. Kemudian menjadi trending topik di Indonesia, disertai komentar dan cuitan warganet di beberapa media sosial.

Simbolisasi lewat bahasa yang ingin ditampilkan para tenaga medis merupakan cara untuk memberikan tanggapan, kepada pemerintah yang memberikan kebijakan tapi selalu kecolongan dalam penerapannya. Kepada masyarakat yang rendahnya kesadaran akan pencegahan terhadap Covid-19. Kepada media yang tidak bisa menjadi alat untuk mencerdaskan masyarakat. Bahkan momentum Covid-19 hanya menjadi komoditas pemberitaan semata. Rendah sekali fungsi media massa menjadi alat persuasi untuk membalikkan kesadaran akan pentingnya physical distancing.

Sikap pesimisme atau contra-optimisme merupakan suatu cara untuk perlawanan terhadap behavior masyarakat yang masih belum menyadari bahwa tindakan mereka akan menjadi contra produktif  terhadap apa yang sedang dikerjakan pemerintah, tenaga medis bahkan orang-orang yang mematuhi PSBB yang menganggap hal ini adalah solusi terakhir dan terbaik bagi umat manusia.

Istilah pesimisme secara filosofis awalnya digunakan di Widya Teologi untuk menyebut kecenderungan dasar manusia mengharapkan hal buruk yang tidak diinginkan. Pandangan ini mengacu pada Gottfried Wilhelm Leibniz tentang satu dunia yang paling baik di antara ketidakpastian yang banyak.

Kini tenaga medis menjadi garda terdepan perang melawan wabah (Covid-19), menjadikan korban termudah dalam situasi ini , mereka rentan tertular. Tuntutan mereka kepada masyarakat untuk mematuhi, memahami dan melaksanakan anjuran terkait PSBB merupakan cara untuk mengurangi potensi bencana pada pihak mereka.

)* Staf Pengajar Ilmu Komunikasi dan Bahasa  Universitas Bina Sarana informatika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.