Serunya Nonton Wayang Betawi dalam Bahasa Indonesia, Penontonnya Anak Muda!

JAKARTA, AKSIKATA.COM– Kesenian Wayang ternyata tidak cuma wayang Jawa (Wayang Kulit) dan atau wayang Sunda (Wayang Golek). Di Indonesia ada ratusan jenis wayang. Salah satunya adalah Wayang Betawi.

Jika wayang selama ini dikesankan kesenian zaman dulu — dengan bahasa dan narasi yang dianggap rumit — maka ada Wayang Betawi menggunakan bahasa Indonesia yang lebih mudah dipahami.

Hal ini seperti terlihat pada keseruan pergelaran kolaboratif wayang kulit dan wayang orang Betawi yang berlangsung di Museum Wayang – Museum Fatahillah Jakarta, Minggu (26/10/2025).

Pergelaran wayang Betawi dengan lakon “Udel Jadi Raja” tersebut menghadirkan kisah jenaka yang membuat ruang pertunjukan penuh tawa dan riuh tepuk tangan.

Antusiasme penonton anak-anak, remaja dan dewasa dari berbagai daerah, termasuk wisatawan mancanegara, menghangatkan suasana hingga akhir pergelaran.

Pergelaran dibuka dengan penampilan tarian Rupajati dari Sanggar Mekar Muda yang memukau. Disutradarai Eem Biliyanti dengan dalang muda Ki Sentanu Wijaya, dari Sanggar Wayang Betawi Tunas Jaya, Kota Bekasi.

Kolaborasi Wayang Kulit dan Wayang Orang

Pergelaran wayang Betawi ini merupakan kolaborasi wayang kulit dan wayang orang, harapannya bisa menciptakan pertunjukan yang lebih menarik, dan segar.

“Tetapi tetap berakar pada nilai-nilai klasik. Disajikan dengan pendekatan visual kreatif berbeda agar relevan bagi generasi muda,” ujar Ki Sentanu Wijaya, dalang muda berusia 23 tahun ini.

Menurut Ki Sentanu Wijaya, wayang kulit memiliki keunikan dalam seni kriya, sastra, dan musiknya. Sementara wayang orang menawarkan ekspresi seni, dengan kostum rumit dan gerakan ekspresif yang diperankan manusia.

“Tetap menggunakan cerita klasik seperti Ramayana atau Mahabharata, tetapi disajikan dalam format carangan yang lebih segar,” ujar dalang yang juga mahasiswa Semester Akhir di Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini.

Penguat Ketahanan dan Identitas Kebangsaan

Kehadiran komunitas dan berbagai kantong budaya, kata Sentanu, menjadi penting dan urgen sebagai katalisator kebudayaan; penguat ketahanan dan identitas kebangsaan.

Di Sanggar Tunas Jaya Kota Bekasi yang didirikan Ki Dalang Naman Sanjaya BP kakeknya itu, Sentanu mengenal kesenian tradisional Sunda dan Betawi.
Sesuai tuntutan zaman, kata Sentanu, Wayang harus dikembangkan secara inklusif. Lebih terbuka terhadap nilai-nilai baru yang lebih mudah diterima masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai filosofis yang dibawanya.

“Melalui Wayang Betawi kami terus berupaya bagaimana mengenalkan kesenian Wayang di kalangan anak muda, baik dari segi konten maupun konteksnya. Sehingga budaya adiluhung ini dapat dikenal, diturunkan, dan diwariskan kepada masyarakat, terutama generasi muda,” jelasnya.

*Film Dokumenter Wayang Betawi*
Hadir di pergelaran wayang betawi kolaboratif tersebut Pengurus Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan, antara lain Eddie Karsito (Ketua Umum), Wiyono Undung Wasito (Sekretaris Umum), dan I Gusti Made Ardikabudi, S.E (Ketua Bidang Kreatif dan Usaha).

Selain menyaksikan pergelaran, para pengurus lembaga nirlaba ini juga tengah melakukan analisis dan pengumpulan data mengenai sejarah Wayang Betawi untuk rencana pembuatan film dokumenter.

“Melalui film kita dapat mendokumentasikan, mengedukasi, dan membangun kesadaran budaya melalui narasi visual. Film dapat menjadi alat pelestarian budaya yang efektif,” ujar Eddie Karsito.

Melalui film dokumenter tersebut, kata Eddie, budaya lokal Betawi dapat terekam dan disebarkan ke audiens yang lebih luas.

“Menciptakan empati, dan menjadi sarana advokasi serta diskusi kritis mengenai warisan budaya Betawi ini,” ujar sineas yang akan menyutradarai film tersebut.

Dalam cerita film dokumenter tersebut, Ki Sentanu Wijaya akan menjadi pemeran utama sekaligus sumber cerita mengenai sejarah Wayang Betawi, khususnya di kawasan Bekasi.

Film ini diproduksi Igma Studio (PT. Digital Media Fasilindo) – Humaniora Rumah Film, dan Kementerian Kebudayaan RI.

Menurut renacana Ki Sentanu Wijaya juga akan tampil mendalang pada perhelatan Hari Wayang Nasional (HWN) 2025 yang diselenggarakan SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia), di Gedung Wayang Kautaman Jakarta Timur, Jum’at (07/11/2025) mendatang.