LARANTUKA-AKSIKATA.COM- Setelah terjadinya konflik perselisihan antar desa Bugalima dengan desa Ile Pati di Pulau Adonara, Kecamatan Adonara Barat, kondisi hidup Maria Noeng (35), warga desa Bugalima, menjadi cukup memprihatinkan.
Dalam kenyataannya, saat ini dengan suami dan dua orang anaknya, Maria harus tinggal di gubuk bambu, beratap rumput ilalang, berlantai tanah milik kerabat suaminya.
Berdasarkan cerita dari Maria, di waktu malam, dia bersama keluarganya pun harus tidur di atas dipan yang terbuat dari belahan bambu.
Hal ini terjadi karena rumah yang dibangun dengan susah payah oleh mereka, sekarang sudah hancur akibat dibakar saat konflik pada hari Senin lalu.
Tidak hanya cukup sampai di situ saja, Maria melanjutkan bahwa di waktu dia tinggal di rumah pinjaman milik kerabatnya ini, dia bersama keluarga juga masih mengalami kesulitan, disebabkan oleh tidak adanya perabot rumah tangga yang bisa digunakan untuk memasak beras bantuan yang diberikan kepala desa, setelah ditariknya pasukan Brimob untuk pulang ke Polda NTT beserta semua peralatan dan Mobil Dapur umum.
“Tadi malam kami dibagikan beras per kk 10 kg. Akan tetapi problem yang kami alami mau masak pakai apa, semua sudah hangus jadi debu,” ujar Maria.
Maria sangat berharap, pemerintah kabupaten lebih serius dan fokus lagi dalam menangani warga yang menjadi korban sehingga warga akan lebih nyaman seperti di waktu sebelum pasukan TNI-Polri diperintahkan untuk kembali ke markas.
“Kalau bisa bantu kami sediakan dapur lagi untuk sementara waktu. Karena saat ini mau beli perabot dapur, pakai apa?? Yang ada hanyalah pakaian di badan,” keluh Maria dengan penuh harap.
Masalah yang sama pun diungkapkan Kepala Desa Bugalima, Rikardus Baka Tukan, mengenai pentingnya dapur umum bagi warga Bugalima yang menjadi korban akibat rumahnya dibakar.
“Pemda Flores Timur telah berjanji akan membangun dapur umum dari sebelum pasukan Brimob ditarik kembali ke Kupang, akan tetapi sampai saat ini tidak terealisir juga,” kata Rikardus. (dn)