Gelar Pameran Foto di Kuburan Untuk Renovasi Tempat Mengaji

Miris, ketika mengetahui di pelosok Mataram, Nusa Tenggara Barat, ada tempat pengajian umat muslim yang kondisinya dinilai kurang layak untuk proses belajar mengaji sejumlah anak-anak yang ikut dalam kegitan tersebut.
Adalah Sunardi, yang merupakan salah satu pengurus TPQ AD-DAUSI menjelaskan, bahwa untuk mencari dana guna membiayai perbaikan tempat mengajinya tersebut, dirinya teringat pesan Ustajah kondang, Mamah Dedeh, agar dirinya tidak meminta-minta sumbangan di pinggir jalan.
“Saya pernah dengar nasehat Mamah Dedeh, dan itu masuk ke dalam lubuk hati saya. Nah, karena itulah saya menghubungi Pak Hendra Lesmana yang juga merupakan teman fotografi saya untuk mencari solusi, dan Pak Hendra menyarankan utuk pameran dan lelang foto di di Pemakaman, kemudian nantinya uangnya akan digunakan untuk perbaikan tempat mengaji. Bahkan, agar tidak menjadi gunjingan atau fitnah, beberapa hal yang menyangkut keuangan saya percayakan ke pak Hendra, dan alasan dipihnya Kuburan itu, karena saya  ingin memberi pemahamanan , bahwa nanti kita juga akan kembali ke sana,” jelasnya.
Tempat mengaji bernama TPQ AD-DAUSI tersebut, beralamat di Jalan Hm Ruslan RT 01 RW 48 Lingkungan Bintaro Jaya Kelurahan Bintaro, Kecamatan Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sementara mejelaskan mengenai tekhnis pameran dan lelang fotonya, pria yang arab dipanggil Nardi Ampenan ini mengungkapkan foto akan di kurasi profesional fotografi, Hendra Lesmana, dan siapa pun yang mentransfer dalam jumlah uang paling besar, akan mendapatkan foto “terbaiik” dari sejumlah foto milik Nardi yang telah dikurasi.
Rencana penyelenggaraan pameran foto yang akan dilaksanakan pada pertengahan Januari 2024 ini, diharapakan bisa melibatkan banyak pihak, baik dari komunitas fotografi maupun dari unsur masyarakat dan artis, tokoh terkenal, serta para dari media masssa, lokal dan nasional.
Diungkapkan, karena keterbatasan tempat yang ada, jumlah anak yang mengaji hanya bisa tertampung 20 an anak saja, karena tempatnya terbatas. Itupun sudah berdesakan, padahal masih banyak juga anak yang lain ingin ikut belajar mengaji.
Jangankan tempat yang layak saat mengaji, bahkan untuk tempat berwudhu saja tempat mengaji yang dipimpin Mustiad iini pun tidak memilikinya. Sekalipuin perbulan dari orang tua mereka pihaknya sering mendapat uang bayar listrik sebesar kisaran Rp 10.000 rupiah per anak.
Sehingga untuk para enam relawan yang membantu mengajarkan mengaji ini, Sunardi memberi ala kadarnya.
Baginya wajar, jika bantuan dari para orang tua tersebut ala kadarnya, mengingat, pekerjaan mereka banyak yang menjadi nelayan kecil. Bahkan tak sedikit yang hanya menjadi buruh nelayan, yang saat perahu berlabuh mereka hanya menjadi kuli angkut ikan.
Namun begitu niat untuk berbagi ilmu akhirnya diberikan jalan, “Dan bersyukur pak Mustiadi memberikan tempat, agar kami memiliki tempat belajar mengaji, meskipun hanya berukuran 3 kali 5 meteran saja, mungkin ke depan kami akan akan kami cari tempat lain yang lebih besar, tambah suami dari Henny Wardani ini.
Baginya dan semua yang terlibat dari kegiatan belajar mengaji ini, sepakat untuk memulainya dari segala keterbatasan yang ada dulu, tapi sudah pasti dijalankannya, ketimbang hanya wacana.
“Miris kalau anak-anak kita hanya disuguhi dunia handphone dan game saja, sementara urusan ibadah berkurang,” demikian Sunardi kepada Aksi Kata.
Sementara sesuai keinginan Sunardi, bagi mereka yang ingin membantu bisa memberikan bantuan melalui rekening ke
Bank Mandiri
Atas nama Hendra Lesmana
Nomer rekening 1570002967769
dan menyertakan bukti transfer ke No Wa 0818721032.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.