JAKARTA, AKSIKATA.COM – Untuk ke-43 kalinya Indonesian Petroleum Association (IPA) kembali digelar di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2019) dan secara resmi dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Rabu (4/9/2019).
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Konvensi dan Pameran IPA ke-43 Tahun 2019 (IPA Convex 2019) diselenggarakan bulan September karena disesuaikan waktunya dengan tahun pemilu yang baru saja selesai tahapannya.
Mengangkat tema “Driving Exploration and Optimizing Existing Production for Long Term Energy Security, event tahunan ini akan berlangsung hingga 6 September 2019. Sejumlah acara telah dipersiapkan, seperti Plenary Sessions, Technology Sessions, Technical Program (TPC), dan pameran yang melibatkan para pelaku di sektor migas baik dari dalam maupun luar negeri.
Selain itu, menurut Chairperson IPA Convex 2019, Hanny Denalda, IPA Convex 2019 juga memiliki acara-acara baru seperti Breakfast Meeting bagi para calon investor migas yang akan masuk ke Indonesia, dan Jam Session untuk generasi muda.
IPA menyadari bahwa generasi muda perlu untuk bergabung ke dalam industri hulu migas demi memastikan keberlangsungan sektor ini dan adanya ketahanan energi di masa mendatang. “Kami menargetkan generasi Milenial dapat memiliki presepsi yang positif dan tertarik pada industri migas nasional,” paparnya.
Penjabat Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Louise M. McKenzie mengatakan, gelaran ini diikuti oleh 119 perusahaan peserta pameran serta menargetkan untuk dikunjungi oleh lebih dari 20.000 pengunjung serta 1.700 orang peserta konvensi. Dan target pengunjung mencapai lebih dari 20.000 orang.
“Diharapkan, penyelenggaraan IPA Convex 2019 dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan industri migas nasional dan peningkatan produksi nasional pada khususnya serta berdampak pada pertumbuhan perekonomian dan ketahanan energi di masa mendatang,” jelas Louise.
Sebelumnya, Penjabat Presiden IPA Bij Agarwal menyatakan, tema IPA Convex tahun ini dipilih dengan mempertimbangkan kondisi sektor hulu minyak dan gas (migas) Indonesia. Diperlukannya upaya keras untuk mengurangi defisit neraca perdagangan karena impor migas yang disebabkan tingginya tingkat konsumsi energi dibandingkan dengan produksi migas saat ini. Upaya tersebut harus dibarengi dengan peningkatan kegiatan eksplorasi guna menemukan cadangan migas baru dan optimasi produksi yang sudah ada. (KUNCORO WR)