JAKARTA,AKSI KATA.COM – PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menuntaskan program digitalisasi pembayaran tiket penyeberangan dari total target 17 pelabuhan di seluruh Indonesia yang menerapkan transaksi secara Non-tunai (cashless) pada tahun ini.
Terakhir, pada awal pekan ini ASDP memberlakukan pembayaran tiket penyeberangan non-tunai di dua pelabuhan yakni Pelabuhan Pagimana, Luwuk, Provinsi Sulawesi Tenggara, dan Pelabuhan Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
“Alhamdullilah, target sebanyak 17 pelabuhan yang menerapkan pembayaran cashless tahun ini sudah tercapai 100 persen. Kami berharap, seluruh pelabuhan ASDP ke depannya dapat menerapkan pembayaran cashless,” tutut Corporate Secretary ASDP, Shelvy Arifin di Jakarta, Senin (5/11).
Ke-17 pelabuhan yang menjadi target ASDP dan kini sudah menerapkan pembayaran secara cashless adalah Pelabuhan Bira dan Pamatata (Selayar), Pelabuhan Jepara dan Karimunjawa (Jepara), Pelabuhan Batulicin dan Tanjung Serdang (Batulicin), serta Pelabuhan Bajoe dan Kolaka (Bajoe). Selanjutnya, Pelabuhan Sape dan Labuan Bajo (Sape), Pelabuhan Tanjung Kelian (Bangka), Pelabuhan Hunimua, Waipirit, Galala, dan Namlea (Ambon), Pelabuhan Pagimana (Luwuk), dan Pelabuhan Gorontalo (Gorontalo).
Diungkapkan Shelvy, metode pembayaran tiket secara non-tunai memberikan banyak manfaat bagi pengguna jasa. Pertama, memberikan rasa aman dan nyaman dengan adanya standar pengisian data diri yang lengkap terhadap jaminan asuransi dan kelengkapan manifest penyeberangan.
Manfaat ke dua, transaksi pembayaran mudah, praktis, terhindar dari uang palsu serta mendukung protokol kesehatan Covid-19 untuk mencegah penularan karena meminimalisir kontak dengan petugas loket.
Ke tiga, proses transaksi di tollgate lebih ringkas dan cepat serta pengguna jasa dapat lebih nyaman, teratur dan tertib, tidak perlu lagi antre di pelabuhan.
Shelvy mencontohkan dengan diterapkannya metode pembayaran non-tunai, masyarakat, wisatawan, hingga pelaku usaha baik di Luwuk dan Gorontalo semakin mudah melakukan penyebrangan atau pengiriman hasil buminya. Dua wilayah tersebut memiliki hasil bumi unggulan yang membutuhkan akses transportasi yang memadai untuk pendistribusiannya. Adapun hasil bumi yang berasal dari kedua wilayah tersebut cukup beragam seperti kelapa, ikan laut, dan beras dari Luwuk serta jagung dan gula dari Gorontalo.
Demikian pula, untuk sektor wisata dari kedua wilayah tersebut tentunya akan semakin berkembang seperti Pulo Dua, Air Terjun Piala, Bukit Teletubies, Danau Paisupok, dan Pantai Kilo di Luwuk, serta hiu paus dan Pantai Botutonuoh di Gorontalo.
Shelvy menambahkan, melalui pemberlakuan digitalisasi dalam transaksi pembayaran, ASDP ingin meningkatkan _customer experience_ para pengguna jasa. Dalam tiga tahun terakhir, masyarakat semakin melek dengan perubahan dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
“ASDP akan konsisten dalam implementasi program digitalisasi layanan pembayaran tiket penyeberangan ini. Tahun depan, target kami
dapat menerapkan pembayaran cashless di lintasan penyeberangan yang beroperasi di pelosok daerah,” tutur Shelvy.
Adapun metode pembayaran non-tunai yang diterapkan ASDP terdiri atas payment link melalui opsi layanan Virtual Account, lalu kartu uang elektronik dari Bank BRI, BNI, Mandiri, dan BCA, serta layanan Dompet Elektronik dari OVO, ShopeePay, LinkAja, dan Dana.
Saat akan melakukan transaksi pembayaran di pelabuhan, penumpang dipastikan telah membawa identitas diri, mengisi manifest saat membeli tiket, dan menyiapkan alat pembayaran baik transfer VA, kartu uang elektronik, dan Dompet Elektronik dengan saldo yang cukup.