PP Muhammadiyah Sarankan Kemenangan Jokowi – Ma’ruf Tak Dirayakan dengan Berlebihan

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. (foto: Setkab)

JAKARTA, AKSIKATA.COM –– Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyarankan agar kemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf usai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam perkara PHPU tidak dirayakan dengan euforia berlebihan. Masih banyak persoalan bangsa yang harus diselesaikan, tugas itu berat dan kompleks.

“Yang perlu dilakukan sekarang adalah bersatu menyembuhkan keterbelahan akibat Pilpres 2019,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam keterangan persnya, Jumat (28/6/2019).

Seperti diketahui, MK menolak gugatan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam perkara PHPU. Artinya pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin menjadi pemenang Pilpres yang digelar 7 April 2017 silam. PP Muhammadiyah pun mengucapkan selamat kepada Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Haedar atas nama Muhammadiyah juga mengucapkan selamat kepada Prabowo-Sandi yang telah berbesar hati menerima keputusan MK. Selanjutnya, rekonsiliasi harus diwujudkan.

“Presiden dan Wakil Presiden (Jokowi-Ma’ruf) untuk semua dan bukan untuk satu golongan pemilih dan pendukungnya saja, sehingga harus mengayomi dan menjadi pemimpin seluruh rakyat Indonesia. Rekonsiliasi politik dan kultural menjadi keniscayaan dari seluruh pihak secara autentik dan sungguh, bukan sebagai retorika publik,” kata Haedar.

Menurutnya,”Jauhi pula keterbelahan bangsa akibat sikap politik yang negatif dan ekses dari pemilu. Jangan sampai Indonesia terkapling-kapling dalam primordialisme dan pengkutuban politik, agama, dan golongan yang menyebabkan lemahnya persatuan Indonesia,” pinta Haedar.

Indonesia perlu kebersamaan. Kata Haedar, semua harus ‘move on’ dari situasi pemilu. Agenda selanjutnya adalah mewujudkan sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

“Indonesia juga memerlukan kebersamaan dari seluruh kekuatan nasional. Karenanya, politik partisan 01 dan 02 sudah berakhir serta tidak perlu diperpanjang dalam isu dan kepentingan apa pun, yang ada adalah satu keluarga besar Indonesia,” kata Haedar.

Supaya rekonsiliasi lebih lancar, maka yang berposisi lebih kuat harus mau berbagi ke pihak yang lebih lemah. Ini perlu diwujudkan, baik dalam ranah politik maupun ekonomi.

“Mereka yang kuat secara politik dan ekonomi serta berbagai aspek kehidupan wajib berbagi, peduli, dan menunjukkan tanggung jawab kebangsaannya dalam membangun dan memajukan Indonesia, jangan egois dan serakah,” papar Haedar.

Masalah politik yang serius jangka pendek ialah merekat kohesi sosial politik akibat keterbelahan politik. “Tetapi musuh terbesar Indonesia saat ini ialah ketidakadilan dan kesenjangan sosial ekonomi oleh berbagai sebab yang kompleks dalam rentang waktu yang panjang,” tegas Haedar.(helmi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.