AKSIKATA.COM, JAKARTA — Perempuan memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa.Ketua DPR RI, Puan Maharani berkata, peran perempuan mampu mempercepat pemulihan ekonomi global.
“Jika perempuan diberikan peran lebih besar, hal ini akan mempercepat proses pemulihan ekonomi global di suatu negara. Womenomics atau pelibatan lebih besar perempuan dapat menjadi penggerak ekonomi, baik dalam masa normal ataupun krisis,” ucap Puan dalam acara hari ini Jumat (27/8).
Politikus PDI Perjuangan ini juga mengingatkan semua pihak agar menyertakan perempuan dalam seluruh proses pembangunan.
Menurut dia, partisipasi perempuan seharusnya bukan sekadar kebijakan afirmatif, melainkan kesadaran atas penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.
“Tanpa kesadaran akan penghargaan harkat dan martabatnya sebagai manusia, maka perempuan akan terus menghadapi berbagai kendala yang dapat berasal dari kehidupan sosial, budaya, ekonomi, maupun politik,” ujar dia.
Eks Menko PMK ini mengatakan pemberdayaan perempuan harus menjadi agenda bersama antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Dia percaya sebuah negara tidak mungkin sejahtera dan maju jika para perempuannya tertinggal.
“Saat ini, perempuan telah banyak aktif dan mengambil peran strategis dalam setiap kegiatan pembangunan di segala bidang. Mulai dari ekonomi, sosial, lingkungan hidup, olahraga, ilmu pengetahuan, riset, dan lainnya,” tutur dia.
Puan pun mendorong agar perempuan terus meningkatkan kapasitas dan kualitas dirinya demi menghadapi tantangan masa depan. Dia menekankan pentingnya perempuan untuk mampu mengorganisir sehingga menghasilkan kepemimpinan perempuan yang inspiratif.
Dia yakin, inti pembangunan kesetaraan dan keadilan gender bukanlah meneguhkan siapa mendominasi dan didominasi. Melainkan menemukan koridor untuk saling berbagi secara adil dalam segala aktivitas kehidupan tanpa membedakan jenis kelaminnya.
“Inilah semangat yang harus kita tanamkan bersama dalam membangun dunia dimana perempuan dan laki-laki dalam harkat, martabat, kemajuan, dan kesejahteraan yang sama,” kata dia.
Perempuan memberdayakan sesamanya . Salah satu contoh perempuan yang terus mendorong perempuan lain untuk maju ialah Regina Vianney Ayudya.
Sebagai pengusaha UMKM bergerak di bidang produk skincare, Regina mencoba menerapkan program pemberdayaan perempuan ke dalam bisnis dan jejaringnya.
Seluruh karyawannya berjumlah 50 orang merupakan ibu rumah tangga. Mereka dilatih untuk kemudian mampu memproduksi produk-produk perawatan dari bahan natural yang berkualitas internasional.
Regina juga memberdayakan perempuan di sekitar DKI Jakarta untuk membantu pengemasan produk. Para perempuan ini mendapatkan upah harian yang bisa membantu memenuhi kebutuhan mereka.
“Bisnis saya itu kan business to business (B2B) ya, jadi bukan langsung ke konsumen. Setiap ada klien custom produk ke kami, mereka pakai brand sendiri, mereka maklum lah ibaratnya. Kemudian kami buatkan produknya. Nah, dari pabrik saya itu kemasannya jerigen, literan, yang gede,” ucap ibu dua anak tersebut.
Awalnya, dia mendatangi perkampungan warga lalu memberi pelatihan prosedur operasi standar (SOP) untuk pengemasan hingga labeling yang berstandar ekspor. Setelah itu, para perempuan ini mengerjakan pengemasan ke dalam bentuk botol berbagai ukuran.
“Rata-rata kalau udah dikumpulin itu 30-50 orang, kemudian mereka nuangin ke botol-botol itu, mereka tempelkan label sesuai request dari klien, kemudian itu akan diberi upah,” ujar Regina.
Sebagai gambaran, upah untuk pengemasan satu botol kecil yang berukuran 30ml sebesar Rp1.000. Misalnya dalam waktu satu jam mereka bisa mengerjakan 100 botol, maka akan mendapatkan Rp100.000.
Namun Regita tak mudah berpuas diri. Dia pun memanfaatkan jejaringnya di Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) juga Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta untuk memperluas cakupan manfaat. Kebetulan, dia memang menjabat sebagai Ketua Komisi Tetap Bidang Perindustrian di dua lembaga ini.
“Nah, kemudian dari program pribadi saya ini, saya berusaha mencari agar ini bisa lebih menjadi intellectual, maksudnya biar lebih ada benefitnya. Dari sini, kebetulan ibu-ibu ini kan jadinya kayak social-entrepreneurship, di mana mereka sebenarnya tidak harus kerja 8 jam, tapi seselesainya aja dan mereka dapat upah,” kata Regina.
Lalu, dia menggabungkan program pribadinya tersebut dengan IWAPI yang merupakan wadah pengusaha UMKM perempuan. Regina mencontohkan salah satu kawannya di IWAPI yang berbisnis nasi tumpeng kerap kesulitan menemukan karyawan.
“Di sini saya bikin kayak hub, jembatan, gimana caranya supaya ibu-ibu pengusaha (anggota IWAPI) ini struggling mencari karyawan, apalagi usaha ibu-ibu IWAPI ini usaha rumahan. Nah, sedangkan adanya ibu-ibu ini, mereka bisa datang ke sana dan dibayar harian,” ucap Regina.
Dengan demikian, para perempuan yang dia berdayakan ini bisa memiliki kemampuan tambahan lainnya. “Yang cuma dapat pelatihan buat produk natural, sekarang mereka diajarkan untuk buat semangka diukir, supaya bisa jadi hiasan tumpeng,” lanjut dia.
Hingga kini, sudah ada sekitar 7.000 perempuan yang rutin mengikuti program tersebut. Mereka berasal dari banyak tempat di Jakarta, seperti Cilandak, Pesanggrahan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Petogogan, juga Jakarta Pusat.
“Kemudian kami melakukan beberapa kegiatan, salah satunya pelatihan ibu-ibu rumah tangga supaya mereka mandiri secara finansial. Jadi, mungkin ini sebenarnya ada kolaborasi juga antara program saya pribadi dengan yang sudah dilakukan IWAPI,” kata Regina.
Dia pun rutin melakukan pelatihan kepada perempuan, khususnya di daerah Jakarta. Melalui Kadin, dia tetap menggelar pelatihan secara online di tengah pandemi.
“Dari program-program Kadin itu banyak, kayak ngajarin mereka bikin hand sanitizer, tapi melalui virtual. Yang mau daftar (pelatihan) siapa, saya kirim bahan baku ke mereka secara gratis, saya ajarin,” kata dia.
Regina pun berharap para perempuan tersebut mampu memproduksi dan menjual sendiri di rumah. Mereka dibantu Kadin untuk mendapatkan perizinan edar produk melalui kerja sama dengan Dinas Kesehatan.
“Sebenarnya kami buat mereka jadi social-entrepreneur, terutama untuk kaum perempuan. Memang fokus saya itu ke sana. Jadi, network yang ada itu yang coba saya kaitkan dan bisa berjalan sampai sekarang,” papar Regina.