JAKARTA, AKSIKATA.COM – Sejak tahun 1970, peringatan Hari Bumi mulai digaungkan sebagai bentuk kewaspadaan warga Bumi akan unsur-unsur pencemaran yang akan merusak alam dan sekitarnya, tentunya kelangsungan hidup manusia pada akhirnya. Sampai saat ini, berbagai macam upaya terus dilakukan untuk menyelamatkan bumi dengan mengambil momentum peringatan Hari Bumi 22 April kemarin.
Tidak terkecuali dengan apa yang dilakukan oleh event Journey to Zero (JTZ). Setelah sukses dengan event yang sama tahun lalu, event yang dimotori oleh Katingan Mentaya Project ini cukup punya banyak waktu untuk melakukan inovasi dan metode pendekatan yang lebih menarik tahun ini.
Tahun lalu, ratusan peserta dengan semangat mengikuti tantangan tujuh hari untuk Bumi dengan melakukan kegiatan luar ruang seperti berjalan kaki, lari, bersepeda, gabungan dari semuanya sejauh 10 km selama tujuh hari. Tujuannya, tentu saja untuk membentuk kesadaran akan pentingnya mengurangi jejak karbon di lingkungan kita.
Masih dengan kampanye #BirukanLangit, tahun ini JTZ dirancang untuk lebih dekat ke kaum milenial. Selain kegiatan Tantangan 7 Hari untuk Bumi yang terus dipertahankan, pihak penyelenggara juga menggelar beberapa inisiatif yang dekat dengan kawula muda.
“Tahun ini kami dapat melakukan campaign hampir setahun penuh, sementara tahun lalu hanya beberapa bulan saja. Sehingga kami dapat melakukan creative approach yang lebih beragam. Antara lain pembuatan mural di beberapa tempat, serta memproduksi merchandise yang bikin “gemes”,” ujar Syane Luntungan, selaku Communication Manager dari Katingan Mentaya Project.
Syane melanjutkan, JTZ tahun ini juga diperkuat dengan memproduksi video series yang diharapkan menginspirasi lebih banyak orang yang akan #BirukanLangit. Dan yang paling istimewa adalah mengambil momentum Hari Bumi dengan meluncurkan aplikasi JTZ.
Acara peluncuran aplikasi ini digelar di Taman Jelawat di Sampit, kota markas Katingan Mentaya Project, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada Kamis (22/4/2021) lalu. Acara peluncuran juga diramaikan oleh para pelari kota Sampit.
Aplikasi JTZ berfungsi sebagai perekam jarak, dan wadah untuk pegiat #BirukanLangit saling terhubung dan terinspirasi. Tentunya, aplikasi ini juga terhubung dengan event tahun ini. “Melalui aplikasi ini kami juga bisa melakukan aktivasi beberapa campaign atau challenge, contohnya di perayaan Hari Bumi ini kami memberikan challenge tujuh hari untuk bumi yang dapat diukur lewat aplikasi ini,” imbuh Syane.
Ia juga menjelaskan pentingnya mengkomunikasikan isu lingkungan ini dengan cara yang fun sehingga bisa diikuti oleh kawula muda sebagai calon-calon pemimpin di masa depan.
“Kami memberikan inspirasi dan pemahaman bahwa melalui hobi dan aktivitas sehari-hari yang menyenangkan, mereka bisa berperan dalam aksi iklim dan menjadi agen perubahan untuk melakukan sesuatu yang baik bagi bumi,” pungkas Syane. (PR)