JAKARTA, AKSIKATA.COM- Pernyataan Fadjroel Rachman yang membantah pemerintah menggunakan buzzer di media sosial, dipatahkan Ismail Fahmi.
Menurut pendiri Drone Emprit itu pernyataan Fadjroel yang juga jubir pemerintah tidak benar. Ia melihat peta percakapan di media sosial memang ada kelompok akun-akun yang merupakan buzzer dan influencer pro pemerintah.
“Saya hanya melihat di peta percakapan, yang ada itu adalah saya selalu bilang, ini ada klaster ada kelompok akun, di situ di dalamnya ada buzzer ada influencer yang pro pemerintah,” ujar Ismail, Jumat, (12/2).
Dalam peta percakapan, sebut Ismail, suatu isu memang ada pihak-pihak pro pemerintah. Kadang isu tersebut positif seperti kampanye program 3M. Tapi ada juga gerakan kontra narasi terhadap kritikan.
“Kadang juga untuk melakukan kontra narasi terhadap kritik-kritikan,” jelasnya.
Namun, Ismail enggan menduga-duga apakah klaster pro pemerintah tersebut merupakan buzzer yang dibayar oleh Istana. Sebab itu juga di luar kapasitasnya.
“Kalau saya ditanya ini dibayar pemerintah atau tidak, saya tidak bisa buktikan,” kata Ismail.
Dalam meramaikan percakapan, baik pro pemerintah maupun kontra pemerintah terhadap isu kerap digunakan bot. Fungsinya untuk mengamplifikasi percakapan. Biasa digunakan ketika malam hari saat orang terlelap.
“Mau trendingnya orang berangkat kerja jam 8-9 berarti sebelumnya sudah mulai dinaikan, diprogram bisa tuh jam 4-6 pelan-pelan, kan orang lagi tidur makanya pakai bot,” ujar Ismail. Namun, dijelaskan Ismail, percakapan isu itu akan sangat ramai oleh percakapan organik, alias akun asli.
Percakapan ini dipanaskan juga melalui influencer-influencer. Misal dalam isu politik ada beberapa influencer yang memanaskan baik dari pihak pro maupun kontra pemerintah.
“Sebetulnya baik yang pro pemerintah maupun oposisi dalam konteks yang politik ya, influencernya sih itu-itu saja,” jelasnya.
Pengikutnya, kata Ismail, sangat banyak. Kemudian percakapan akan ramai secara organik dari para pengikutnya ini tanpa menggunakan bot.
“Kemudian fans, kelompok orang-orang netizen yang pro pemerintah atau oposisi juga banyak. Jadi mereka saling tempur,” jelasnya.