AKSIKATA.COM, JAKARTA- Ada sosok pengusaha perempuan di balik peresmian Goro di Cibubur pada 8 April 2019. Dia adalah Direktur Utama PT Berkarya Makmur Sejahtera, Milasari Kusumo Anggraini. Saat ini Goro telah memiliki lima gerai di Wonosobo, Surabaya, Bandung, Cibubur dan Papua, dengan target akan membuka cabang delapan lagi di Sumatra dan Kalimantan.
Perempuan berusia 48 tahun ini, juga menjadi calon legislatif (caleg) DPR RI dari Partai Berkarya (Dapil) Jawa Tengah IV yang meliputi Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Magelang, Magelang Kota, dan Temanggung. Ia ingin membawa konsep perbaikan ekonomi.
Sejak memutuskan terjun ke politik, dengan mengenakan rompi partai bentukan Tommy Soeharto, Milasari aktif membangun ekonomi kerakyatan dengan membentuk lebih dari seratus komunitas usaha kecil dan menengah (UKM) dan petani di Kabupaten Wonosobo.
Ia mengarahkan petani bersemangat memproduksi hasil pertanian yang dapat bersaing di pasar nasional, dan memotivasi usaha kecil terus meningkatkan omzet penjualan.
“Saya blusukan ke desa-desa, bahkan sampai ke desa paling terpencil di lereng Gunung Sumbing, dan lereng Gunung Sindoro,” kata CEO PT Intrajasa dan PT Berkarya Makmur Sejahtera, perusahaan yang mengembangkan toko grosir GoRo atau Gotong Royong itu.
Menurut Milasari, membangun ekonomi kerakyatan harus dimulai dengan membina petani mendapatkan produk pertanian terbaik, menampung dan memasarkannya. Dengan begitu petani tidak perlu lagi menunggu tengkulak membeli hasil panen. Petani juga menikmati harga hasil panen yang layak dan menyejahterakan.
Milasari mengatakan, di sektor UKM, ia membantu anggota komunitas membangun toko-toko kecil dan mengisinya dengan barang-barang yang banyak diperlukan masyarakat.
“UKM selalu kesulitan uang tunai untuk memenuhi tokonya dengan aneka macam barang,” kata Mila. “Kami meringankan UKM dengan memberi tenggang waktu pembayaran, lalu kami memotivasi mereka untuk meningkatkan omzet,” ujarnya.
Di Instagram-nya, Mila mengatakan toko eceran yang dibangun dengan bantuannya menjual bahan pokok, dan melibatkan banyak pemasok di tingkat petani dan peternak level ekonomi mikro. Respon pelaku ekonomi, terutama para supplier, sangat positif karena sistem ini menjawab kebutuhan masyarakat kelas menengah dan bawah di seluruh Indonesia.
Di Wonosobo, misalnya, saat ini telah terbentuk seratus komunitas petani dan UKM. Jika satu komunitas beranggotakan seratus orang, maka ada 10 ribu orang yang terlibat dalam UKM. Di luar komunitas, Mila juga menggandeng koperasi. “Yang kami inginkan adalah situasi perekonomian masyarakat kembali seperti era Presiden Soeharto,” ujar Mila.
Menurut Bendahara DPW Partai Berkarya wilayah Jawa Tengah ini, caleg-caleg Partai Berkarya di seluruh Indonesia, berusaha membangun ekosistem ekonomi kerakyatan. Tanpa membangun ekosistem, sangat sulit mewujudkan ekonomi kerakyatan yang kuat. “Ini juga komitmen Partai Berkarya dan Pak Tommy Soeharto. Kami akan terus berkarya demi mewujudkan Indonesia makmur dan sejahtera,” ujar Milasari.
Milasari kini aktif memberdayakan usaha kecil dan menengah (UKM). Melalui GORO, Mila memiliki mimpi membawa produk lokal Indonesia mendunia. “Bisnis kita membentuk ekosistem, positioning kita, strategi bisnis kita, mereformasi ekonomi kerakyatan. Dari mulai membina UKM, pendistribusian dan dibalut dengan sistem teknologi yang robust,” tutur perempuan yang pernah menjadi promoter tinju ini.
Wanita yang telah berkarir selama 27 tahun di industri keuangan, perbankan, dan asset management di Indonesia, Singapura serta Hong Kong ini telah bekerja sama dengan 400 UKM. Mereka tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sementara dalam waktu dekat akan merambah ke Semarang, Papua, Jogjakarta, Manado dan seluruh kota di Indonesia.
“Kita pengennya di setiap kecamatan ada satu GORO. Positioning kita di market bukan ritel saja, wholesale grosirnya ada, offline dan online, pergudangan dan ritel ke UKM, GORO Card (warung mobile menggunakan motor). Jadi empat konsep bisnisnya,” lanjut Mila.
Sebagai pengusaha Mila tidak berpangku tangan kepada bawahannya. Ia pun turun langsung untuk membina UKM hingga ke kawah Merapi. Dalam waktu dekat, dirinya bertekad membentuk UKM sayuran dan peternakan di Papua.
Milasari mengawali karir sebagai guru les matematika dan fisika sejak SMA. Profesi itu dilakoninya hingga berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya. “Saya kerja dari tahun 1991, pada 2011 sudah punya company sendiri, lalu pada 2015 saya menjual perusahaan asset management saya di Singapura, dan kembali ke Indonesia. Selama 17 tahun malang melintang di luar negeri saya selalu bangga jadi Indonesia,” kata Mila.
Untuk GORO sendiri pengembangan bisnisnya masih akan panjang. Kini di Indonesia ada 37 juta UKM dan akan dikembangkan menjadi 57 juta. GORO sendiri menargetkan porsi 10% dari jumlah tersebut.
Ibu 3 anak yang workaholic dan memiliki motto “don’t make excuse, but how to make it happen” dalam menjalankan bisnisnya ini juga mengaku tidak langsung sukses. Ia sering mengalami kegagalan, dan bahkan ditipu oleh rekan bisnisnya.
Menurut Mila, kunci untuk mencapai kesuksesan adalah jangan takut gagal. “Dari situ kamu bisa belajar. Jangan mencari alasan, tapi apa alasannya supaya berhasil,” saran Mila. Setelah menjadi guru les, Mila juga sempat bekerja sebagai Asisten Sekretaris dan ia juga memiliki perusahaan yang bergerak dibidang fintech, yaitu PT Intrajasa yang bergerak dibidang remmitance. (Evieta)