BEKASI, AKSIKATA.COM – Bangunan bersejarah dengan arsitektur Art Deco dan gaya Landhuis (tuan tanah) di kawasan Tambun kini tak lagi tampak kusam. Gedung Juang 45, yang dulunya sering dianggap angker dan tak terawat, kini telah bersolek menjadi magnet baru bagi wisatawan, khususnya di akhir pekan.
Gedung yang berdiri gagah dengan dominasi warna putih dan pilar-pilar tinggi ini menghadirkan perpaduan unik antara nuansa heroisme masa lalu dan sentuhan teknologi modern.Suasana asri dan tertata rapi kini menyelimuti area pelataran gedung.
Kolam besar di bagian depan dengan air mancur yang menari menjadi latar favorit pengunjung untuk berswafoto, menggantikan kesan suram yang dulu pernah melekat. “Dulu kalau lewat sini rasanya seram, tapi sekarang malah jadi tempat nongkrong paling hits. Keren banget perubahannya, apalagi ada museum digitalnya,” kata Rakha. seorang pengunjung lokal yang datang bersama keluarganya.
Gedung Juang 45 kini dikenal bukan sekadar sebagai monumen bisu perjuangan rakyat Bekasi. Transformasinya menjadi Museum Bekasi telah mengubah wajah sejarah menjadi sesuatu yang interaktif, dengan pusat perhatian pada ruangan pameran utama yang menampilkan foto-foto sejarah Bekasi dari era pra-kolonial hingga kemerdekaan.
Mulya Darma, salah satu pengurus Gedung Juangmenyebutkan Gedung Juang menjadi tujuan utamapengunjung untuk mengenal sejarah, terutama sejarah Bekasi. “Keinginan untuk mengenal sejarah menjadi alasan utama pengunjung datang ke sini. Apalagi di Bekasi sendiri museum masih sangat jarang, dan kebetulan lokasi Gedung Juang ini memang yang paling strategis” kata dia.
Berbeda dengan museum konvensional, pengunjung di sini disuguhkan pengalaman sejarah melalui teknologi digital, video mapping, dan layar sentuh yang menceritakan kronik perjuangan dari masa kerajaan hingga kemerdekaan, di mana ruangan pameran utama menjadi jantungnya dengan koleksi visual yang kaya dan interaktif untuk generasi muda.
Namun, daya tarik lokasi ini tidak berhenti di dalam gedung saja. Area plaza di luar gedung menjadi ruang publik yang hidup. Setiap sudut Gedung Juang 45 seolah memiliki daya pikatnya sendiri. Para anak muda sibuk membuat konten media sosial, komunitas fotografi memotret detail arsitektur kolonial, dan anak-anak berlarian riang di sekitar area air mancur.
Bagi warga sekitar, ramainya Gedung Juang 45 juga membawa dampak positif. Warung-warung kecil dan pedagang kuliner di sekitar kawasan Tambun merasakan imbas dari ramainya pengunjung yang datang, terutama saat malam minggu ketika lampu-lampu hias mulai dinyalakan.

Keberadaan wajah baru Gedung Juang ini membuktikan bahwa sejarah tidak harus selalu kaku dan membosankan,terutama berkat ruangan pameran utama yang membuat sejarah terasa hidup dan mudah diakses.
Menjelang malam, sorot lampu yang menerangi fasad bangunan menciptakan pemandangan megah yang dramatis. Banyak pengunjung berharap agar kebersihan dan fasilitas di kawasan ini terus dijaga, sehingga tetap menjadi kebanggaan daerah.
Gedung Juang 45 kini telah berhasil menjadi jembatan waktumengenalkan semangat ’45 kepada generasi digital dengan cara yang relevan dan menyenangkan.
Penulis : Adzkiya Rahma, dkk (mahasiswa Universitas Bina Sarana Informatika)




