MAKASSAR, AKSIKATA.COM – Sebuah potongan video stand-up comedy yang dibawakan oleh komika Pandji Pragiwaksono kembali viral dan memicu gelombang kemarahan dari masyarakat Toraja, khususnya para tokoh adat.
Dalam video tersebut, Pandji melontarkan candaan yang dianggap melecehkan tradisi Rambu Solo’, yaitu upacara pemakaman adat khas Tana Toraja yang sarat makna budaya dan spiritual.
Dalam materi komedinya, Pandji menyebut bahwa banyak warga Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian yang mahal. Ia bahkan menggambarkan jenazah keluarga yang belum dimakamkan dibiarkan terbaring di ruang tamu, tepat di depan televisi.
“Banyak yang nggak punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh aja di ruang TV,” ujar Pandji dalam cuplikan yang beredar.
Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar, Amson Padolo, menyatakan bahwa candaan tersebut merupakan bentuk pelecehan terhadap budaya Toraja. Ia menegaskan bahwa tradisi Rambu Solo’ bukan sekadar pesta, melainkan ritual penghormatan terakhir yang penuh nilai spiritual dan sosial.
PMTI menuntut permintaan maaf terbuka dari Pandji dan mengajak publik untuk lebih menghargai keberagaman budaya.
Pandji juga akan dihukum secara ada dengan membayar sebanyak 50 kerbau.
Menanggapi kecaman tersebut, Pandji Pragiwaksono akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka melalui media sosial. Ia mengakui bahwa candaan tersebut berasal dari pertunjukan Mesakke Bangsaku tahun 2013 dan bahwa ia kurang memahami konteks budaya Toraja saat itu.
“Saya menerima banyak protes dan kemarahan dari masyarakat Toraja. Saya minta maaf atas ketidaktahuan saya,” tulis Pandji.
Insiden ini memicu diskusi luas tentang batas-batas etika dalam komedi, terutama ketika menyangkut budaya lokal yang sakral. Banyak pihak menilai bahwa komedi seharusnya tidak menjadi alat untuk merendahkan nilai-nilai tradisional, melainkan sarana edukasi dan refleksi sosial yang bijak.




