BEKASI, AKSIKATA.COM – Di tengah pesatnya kemajuan pendidikan, inovasi tidak selalu soal kecanggihan — tetapi juga tentang kepedulian. Inilah yang ditunjukkan oleh MAhasiswa Universitas Islam Nusantara yang terdiri dari Zahra, Herawati, Iyus Yuswara dan Herlingga, dibantu oleh Para Dosen dari Universitas Islam Nusantara. Mereka mengembangkan program ini secara interaktif yang dirancang khusus untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).
Berlokasi di Lembaga Terapi KAZAMA sebagai objek pengembangan transfer ilmu dalam bentuk webinar ini, mereka memperlihatkan interaksi penuh empati antara para orang tua/ terapis dan mahasiswa, Para orang tua sangat bersyukur dapat lebih memahami karakter anak serta dapat lebih paham menangani anak yang dikatakan kesulitan dalam belajar, khususnya anak berkebutuhan khusus, semangat belajar menjadi bukti bahwa pendidikan inklusif bukan sekadar konsep, tetapi benar-benar bisa diwujudkan.

Seminar ini tidak hanya sekadar media belajar orang tua, tetapi ilmu yang sangat yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap anak. Wibinr ini menggabungkan unsur visual, suara, dan sentuhan interaktif agar proses belajar menjadi lebih mudah dipahami dan menyenangkan. Dengan pendekatan ini, anak-anak dapat belajar membaca dan menulis tanpa tekanan, melainkan melalui pengalaman yang menyenangkan dan penuh makna.
Menurut Zahra, ketua tim dosan, proyek ini merupakan bentuk nyata kepedulian kampus terhadap dunia pendidikan inklusif. “Kami ingin menghadirkan webinar atau seminar yang berpihak pada semua anak. Tidak ada anak yang tertinggal hanya karena cara belajarnya berbeda. Justru dari perbedaan itu, kita belajar tentang makna sesungguhnya dari pendidikan,” ujarnya.
Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ini juga menjadi pengalaman belajar berharga. Mereka tidak hanya berperan sebagai tutor, tetapi juga belajar memahami karakteristik anak-anak ABK secara langsung. “Melihat anak-anak tersenyum saat berhasil mengenal huruf adalah kebahagiaan tersendiri bagi kami,” ujar salah satu mahasiswa dengan mata berbinar.
Respon positif datang dari orang tua yang menyaksikan langsung webinar ini. Mereka merasa anak-anak lebih fokus dan tertarik belajar dibandingkan metode konvensional. “Biasanya anak saya cepat bosan, tapi dengan aplikasi ini dia malah minta belajar lagi,” kata salah satu orang tua dengan penuh rasa haru.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa keperdulian dan empati dapat berjalan beriringan, menciptakan ruang belajar yang inklusif, menyenangkan, dan penuh harapan. Tim kami berharap program ini dapat dikembangkan lebih luas, tidak hanya untuk satu komunitas, tetapi juga untuk sekolah inklusi dan lembaga pendidikan khusus di seluruh Indonesia.
“Dengan inovasi ini, mahasiswa program pascasarjana universitas Islam Nusantara membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya tentang bagaimana cara mengajar, tetapi juga tentang memahami dan menyentuh hati terutama perduli terhadap anak berkebutuhan khusus,” papar Prof.Dr.H.Hanafiah,M.M.Pd, dosen Universitas Islam Nusantara, didampingi Dr. Hj. Teti Ratnawulan, M.M.Pd, dan Dr.Yosal Iriantara, M.M.Pd.



