Generasi Swipe: Digitalisasi Ubah Gaya Hidup dan Interaksi Sosial Gen Z dan Alpha di Bekasi
BEKASI, AKSIKATA.COM – Saat ini fenomena digitalisasi kian terasa dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada generasi Z dan Alpha yang dikenal sangat dekat dengan teknologi digital. Hal inilah yang menjadi fokus penelitian yang dilakukan oleh dua dosen peneliti, Aldi Friyatna Dira dan Kurniawan Prambudi Utomo, kolaborasi dari GICI Business School dan Universitas Bina Sarana Inforatika di Kota Bekasi.
Menggusung tema “Generasi Swipe: Pengaruh Digitalisasi terhadap Gaya Hidup, Kesehatan Mental, dan Interaksi Sosial Gen Z dan Alpha”, penelitian ini mendapat dukungan dari program Hibah Penelitian Dosen Pemula 2025. Melalui riset ini, kedua peneliti berusaha menelusuri lebih jauh bagaimana kebiasaan “swipe” di layar gawai telah membentuk pola hidup generasi muda pada Gen Z dan Alpha di bekasi, mulai dari cara berinteraksi sosial dalam hiburan sosial, dampak kesehatan mental, hingga kondisi psikologis mereka.
“Generasi ini hidup dalam dunia digital sejak lahir. Hampir semua aktivitas mereka bergantung pada gawai, mulai dari belajar, bekerja, bersosialisasi, hingga hiburan,” jelas Aldi Friyatna Dira, SE. MM sebagai ketua tim peneliti. Ia menekankan bahwa digitalisasi membawa banyak peluang, tetapi ada ancaman dan konsekuensi serius yang perlu diperhatikan, khususnya terkait kesehatan mental perilaku gen Z dan Alpha juga teknologi tidak dapat memberikan cara mengajari tentang etika, tata krama hal itulah yang menjadi tanggung jawab seorang pendidik di sekolah maupun di kampus.
Hasil awal penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Gen Z dan Alpha di Bekasi lebih memilih menghabiskan waktu dengan aktivitas digital dibandingkan kegiatan tatap muka. Media sosial menjadi ruang utama interaksi secara digital, namun di sisi lain memunculkan persoalan baru seperti kecemasan sosial juga kesehatan mental psikologis, menurunnya kualitas komunikasi langsung, serta meningkatnya tekanan psikologi akibat perbandingan sosial di dunia maya.
Menurut Kurniawan Prambudi Utomo, SE, MM, setelah melakukan survey pada Gen Z, yang diwakili oleh para mahasiswa di Bekasi bahwa fenomena ini bukan hanya persoalan individu, tetapi juga tantangan sosial yang harus disikapi bersama.
“Kami berharap penelitian ini bisa memberikan gambaran nyata bagi pendidik, orang tua, dan pengambil kebijakan tentang bagaimana sebaiknya mendampingi generasi muda dalam menggunakan smartphone. Teknologi tidak bisa dihentikan, tapi keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata harus tetap dijaga,” ujarnya.
Dukungan terhadap penelitian ini juga datang dari kalangan Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Bapak Eka, M.Pd., selaku perwakilan UPP Pendidikan, menilai riset ini penting menjadi tolak ukur untuk memberikan pijakan kebijakan pendidikan yang lebih relevan dimasa depan.
“Generasi muda sekarang memiliki cara belajar dan berinteraksi yang berbeda. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam merancang strategi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Eri Irawan, M.Pd., seorang guru di Bekasi, yang melihat langsung perubahan perilaku siswa di kelas. “Banyak anak lebih cepat menangkap informasi dari media digital dibandingkan buku cetak. Namun tantangannya adalah bagaimana mereka tetap fokus dan tidak kehilangan keterampilan sosial itulah yang menjadi tugas kita bersama.” ungkapnya.
Sementara itu, Saidah Royani, S.Pd., guru lainnya, menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengawal penggunaan gawai. “Guru bisa mendampingi di sekolah, tapi di rumah, pengawasan orang tua sangat krusial. Generasi ini butuh bimbingan agar digitalisasi bisa membawa dampak positif, bukan sebaliknya,” ujarnya.
Para peneliti menegaskan bahwa strategi preventif sangat diperlukan agar generasi muda tidak terjebak pada dampak negatif digitalisasi. Rekomendasi awal mencakup penguatan literasi digital sejak dini, memperbanyak ruang interaksi sosial non-digital, serta menyediakan dukungan psikologis yang memadai di lingkungan pendidikan maupun keluarga.
Penelitian “Generasi Swipe” ini akan relevan dimasa yang akan datang untuk menciptakan generasi Indonesia Emas dan bukan cemas, seperti yang dikuatirkan banyak pihak, dan hasilnya diharapkan menjadi rujukan penting dalam memahami dinamika kehidupan generasi muda Indonesia di tengah derasnya arus digitalisasi.
Baik itu Perubahan Gaya Hidup: Gen Z & Alpha lebih banyak menghabiskan waktu di dunia digital daripada interaksi fisik, Kesehatan Mental: Muncul gejala kecemasan, tekanan psikologis, dan perbandingan sosial dari media sosial, Interaksi Sosial: Komunikasi tatap muka berkurang, interaksi lebih banyak melalui gawai.
Pendidikan: Siswa lebih cepat menyerap informasi digital, tapi berisiko kehilangan keterampilan sosial. Dan Rekomendasi: Literasi digital sejak dini, ruang interaksi non-digital, serta pendampingan dari guru dan orang tua.