JAKARTA, AKSI KATA. COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meluncurkan Command Center pertama di Indonesia yang dirancang khusus tahan terhadap gempa bumi. Menggunakan teknologi Friction Pendulum, pusat kendali ini memastikan sistem peringatan dini tetap berfungsi meskipun terjadi guncangan besar.
Command Center seluas 8.450 m² ini dibangun di Jakarta sebagai pusat utama pengolahan data dan kendali operasional peringatan dini bencana. Proyek ini merupakan bagian dari Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) yang didanai oleh Bank Dunia. Fasilitas cadangan (backup center) juga dibangun di Bali untuk memastikan kontinuitas layanan jika pusat utama terdampak.
“Gedung ini kami rancang dengan struktur tahan gempa yang mengandalkan teknologi Friction Pendulum Base Isolator untuk meredam guncangan. Artinya, ketika gempa terjadi, seluruh sistem tetap bisa berjalan tanpa gangguan. Ini bukan sekadar gedung, tapi jantung dari sistem penyelamat nyawa,” tegas Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat peresmian di Jakarta, Senin (21/7).
Dwikorita menambahkan, IDRIP merupakan langkah strategis untuk memperkuat sistem nasional peringatan dini berbasis geofisika dan iklim, yaitu Tsunami Early Warning System (TEWS), Earthquake Early Warning System (EEWS), Meteorology Early Warning System (MEWS), dan Climatology Early Warning System (CEWS). Pusat kendali ini akan mengintegrasikan seluruh sistem tersebut dalam satu ruang komando, dengan kemampuan monitoring 24/7 dan sistem backup canggih.
“Kami membangun ini sebagai komitmen terhadap Visi Indonesia Emas 2045 — menjadikan Indonesia negara tangguh bencana dan berdaulat teknologi,” lanjutnya.
*Struktur Bangunan Canggih*
Sementara itu, Direktur Operasional PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk, Bagus Tri Setyana yang mewakili Direktur Utama PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk, Hadian Pramudita menjelaskan bahwa bangunan ini memiliki struktur sembilan lantai dan dua basement, serta total luas bangunan 8.679,88 m². Yang membuatnya istimewa adalah penggunaan teknologi base isolator tipe Friction Pendulum di 23 titik — teknologi yang belum pernah digunakan untuk data center di Indonesia sebelumnya.
“Sistem ini mampu menahan guncangan gempa dengan periode ulang hingga 2.500 tahun. Pemasangan dilakukan setelah struktur utama selesai, menggunakan sistem jacking untuk memastikan akurasi dan keamanan,” ujarnya.
Pembangunan gedung ini merupakan bagian dari proyek pengembangan sistem operasional InaTEWS untuk lokasi Jakarta dan Bali, dengan nilai kontrak awal sebesar Rp207,88 miliar dan adendum terakhir mencapai Rp252 miliar. Proyek ini dikategorikan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam konteks peningkatan kapasitas mitigasi bencana.
Dengan peresmian ini, BMKG menegaskan posisinya sebagai institusi strategis dalam sistem nasional penanggulangan bencana, serta pionir dalam pemanfaatan teknologi tahan gempa untuk infrastruktur vital negara.