Pesona Dataran Tinggi Dieng: Negeri di Atas Awan yang Penuh Keajaiban Alam dan Budaya

Ruwatan anak Gimbal. (foto:Pemerintah Kabupaten Banjarnegara)

DIENG, AKSIKATA.COM — Dataran Tinggi Dieng kembali memukau para wisatawan dengan pesona alamnya yang memesona dan kekayaan budaya yang tak ternilai. Terletak di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut, kawasan ini dijuluki “Negeri di Atas Awan” karena sering diselimuti kabut tipis yang menghadirkan nuansa magis dan menenangkan.

Keindahan alam Dieng terpancar dari deretan kawah aktif, telaga berwarna-warni seperti Telaga Warna dan Telaga Pengilon, serta hamparan kebun kentang yang membentang di perbukitan. Saat pagi menjelang, fenomena golden sunrise di Bukit Sikunir menyuguhkan panorama langit jingga yang memesona hati siapa pun yang menyaksikannya.

Namun, tak hanya bentang alamnya yang menawan, Dataran Tinggi Dieng juga sarat dengan nilai-nilai budaya. Salah satunya adalah tradisi unik “Ruwatan Anak Gimbal”, ritual pemotongan rambut anak-anak yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural. Acara ini digelar setiap tahun dan berhasil menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

“Dieng adalah tempat di mana alam dan budaya berjalan selaras. Setiap sudutnya punya cerita, setiap hembusan angin membawa kedamaian,” ujar salah satu pengunjung asal Bandung.

Dengan segala keindahan dan keunikannya, Dieng tidak hanya menawarkan destinasi wisata, tapi juga pengalaman spiritual dan kultural yang mendalam. Tak heran, kawasan ini terus menjadi primadona bagi pencari keajaiban Indonesia.

Dieng yang dikenal kaya budaya dirayakan lewat berbagai festival. Yang paling terkenal tentu saja Dieng Culture Festival (DCF), sebuah acara budaya tahunan yang paling ikonik di Dieng.
Diselenggarakan di Desa Wisata Dieng Kulon, Banjarnegara, festival ini memadukan unsur budaya, spiritualitas, dan hiburan. DCF biasanya diselenggarakan setiap tahun pada bulan Agustus, dengan puncak acara berlangsung pada minggu pertama atau kedua bulan tersebut.

Untuk tahun 2025, meskipun tanggal resminya belum diumumkan oleh panitia, banyak sumber memperkirakan festival ini akan digelar sekitar awal hingga pertengahan Agustus.

Festival ini memang sengaja dijadwalkan pada musim kemarau agar cuaca lebih bersahabat bagi pengunjung yang ingin menikmati pertunjukan budaya, konser Jazz Atas Awan, hingga ritual sakral Ruwatan Anak Gimbal.

Beberapa rangkaian acara DFC meliputi:
• Ruwatan Anak Gimbal: Ritual pemotongan rambut anak-anak berambut gimbal yang dipercaya memiliki kekuatan spiritual.
• Kirab Budaya: Arak-arakan budaya dengan pakaian adat dan pertunjukan seni tradisional.
• Jazz Atas Awan: Konser musik jazz di tengah dinginnya malam Dieng, menghadirkan musisi ternama.
• Pelepasan Lampion: Momen romantis saat ribuan lampion diterbangkan ke langit malam.
• Pameran UMKM dan Kuliner Khas: Menampilkan produk lokal dan makanan tradisional seperti carica dan purwaceng.

Berbagai festival diselenggarakan menjadi bagian dari DFC, yakni Festival Wayang Kulit yang digelar semalam suntuk dan menjadi sarana pelestarian budaya Jawa klasik; Pagelaran Tari Tradisional, seperti Tari Rampak Yakso dan Tari Lengger sering ditampilkan dalam festival, menggambarkan nilai-nilai spiritual dan kesuburan.