JAKARTA, AKSIKATA.COM – Tak jauh dari Museum Fatahillah, di Kota Tua, Jakarta ada sebuah museum yang menarik minat masyarakat. Museum itu adalah Museum Wayang yang menyimpan berbagai macam koleksi wayang dari berbagai daerah di Indonesia, letaknya di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta Barat ini.
Menilik sejarahnya, sebelum dibangun menjadi museum, tempat ini merupakan bekas gereja yang dibangun pada tahun 1640 yang dikenal sebagai de Oude Hollandsche Kerk. Kemudian mengalami beberapa perombakan dan perubahan fungsi. Pada tahun 1939, gedung ini diubah menjadi Museum Batavia Lama, namun tidak terawat selama pendudukan Jepang.
Museum ini diresmikan setelah kemerdekaan pada tahun 1975, dengan nama Museum Wayang. Museum tersebut berfokus pada pelestarian seni wayang dan mempunyai lebih dari 6.800 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber, dan gamelan. Wayang-wayang tersebut tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga dari mancanegara, seperti Malaysia, Thailand, Suriname, Cina, Vietnam, Prancis, India, dan Kamboja.
Untuk mengenal dan memahami seni wayang, museum ini dimanfaatkan sebagai pusat pendidikan bagi masyarakat, terutama generasi muda. Selain itu, Museum Wayang juga dapat digunakan sebagai tempat untuk kegiatan workshop.
Adapun koleksi yang paling diminati di Museum Wayang diantaranya yaitu Wayang Kulit Ganesha, wayang ini merupakan koleksi yang paling berharga di Museum Wayang karena menggambarkan Ganesha, Dewa Hindu yang dipuja sebagai Dewa Kebijaksanaan dan Kesuksesan.
Tidak hanya Wayang Kulit Ganesha, terdapat salah satu jenis wayang yang paling populer yaitu Wayang Golek Srikandi. Wayang ini popular karena menggambarkan sosok Srikandi yang merupakan seorang pahlawan Wanita dalam cerita wayang. Kemudian, ada koleksi wayang yang paling unik yaitu Wayang Kardus Ramayana karena menggambarkan adegan-adegan dari cerita Ramayana, salah satu riwayat perjuangan hindu yang paling terkenal.
Museum Wayang berperan penting dalam pelestarian budaya. Dengan dukungan dari pemerintah dan berbagai komunitas seni, museum ini berupaya untuk menjaga agar seni wayang yang tetap hidup di tengah arus modernisasi. Pada tahun 2003, UNESCO mengakui wayang sebagai warisan budaya, yang semakin menegaskan pentingnya pelestarian seni ini. Melalui berbagai program dan pameran, Museum Wayang berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai yang terkandung dalam seni wayang.
Salah satu daya tarik utama Museum Wayang adalah kegiatan edukatif yang sering diadakan, seperti workshop dan pertujukan wayang. Dalam workshop, pengunjung, terutama anak-anak diajarkan cara membuat wayang, mengenal jenis-jenis wayang dan asal daerahnya. Kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi memberikan wawasan dan kesan yang baik tentang proses kreatif di balik seni wayang.
Banyak pengunjung yang merasa terinspirasi untuk lebih mengenal dan mencintai budaya lokal. Namun sayang, bagi pengunjung yang ingin berwisata sejarah ke Museum Wayang dalam waktu dekat, belum bisa berkunjung ke museum tersebut. Karena museum ini sedang melakukan perbaikan, ditutup sementara hingga akhir tahun.
Dalam unggahan di akun resmi Instagram. “Museum Wayang akan tutup mulai tanggal 29 Juli s.d akhir tahun 2024,” demikian tertulis dalam salah satu unggahannya. Penutupan ini dilakukan untuk menyiapkan ruang pamer baru yang diharapkan akan menarik lebih banyak pengunjung.
“Sayang sekali ya, museum ini sedang dalam perbaikan. Saya datang jauh-jauh, tapi belum bisa melihat koleksi wayang yang biasanya dipajang. Semoga perbaikannya cepat selesai dan saya bisa kembali untuk menikmati keindahannya,” ujar Nurul salah satu pengunjung Museum Wayang.
Meskipun Museum Wayang sedang dalam perbaikan, pengelola gedung tetap melakukan kegiatan pemeliharaan dan perawatan koleksi agar para pengunjung tetap merasa nyaman saat melakukan kunjungan ke museum tersebut.
“Museum kami memang sedang dalam perbaikan untuk meningkatkan kenyamanan dan kualitas pengalaman pengunjung. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini dan berharap dapat segera menyambut Anda kembali dengan fasilitas yang lebih baik,” ujar pengelola Museum Wayang.
Selain wayang, di dalam museum ini juga terdapat pelat yang menandai batu nisan Jan Pieterszoon Coen. Coen adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang menjabat dua kali, periode pertama memimpin antara 1619-1623 dan kedua antara tahun 1627 hingga 1629.Dia terkenal karena memindahkan markas VOC dari Ambon ke Batavia.
Penulis: Hana Larisa Aurellia, Maudy Nurmala Indarti, Nurul Aini (mahasiswa UBSI Kaliabang)