Beyond Borders Indonesia Angkat Isu Perempuan dan Pembangumam di Wilayah Timur Indonesia

 

JAKARTA, AKSI KATA. COM – Beyond Borders Indonesia sebagai komunitas yang memberi perhatian terhadap isu-isu pembangunan di perbatasan NKRI menyelenggarakan diskusi dengan tokoh perempuan Dr Sari Wattimena pakar Gender khususnya di wilayah timur Indonesia dan Dr Nurlela Syarif yang saat ini menjadi anggota DPRD Ternate.

Menurut Dr Sari Wattimena, saat ini pembangunan dipersiapkan untuk menyambut Indonesia Emas 2045. “Seiring dengan visi tersebut Pembangunan Perempuan di Indonesia timur khususnya Provinsi Maluku Utara menjadi perhatian dalam pembangunan dan pengembangannya. Berdasarkan hasil pengukuran data statistik yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa nilai IKG nasional tahun 2020, kegagalan pencapaian pembangunan manusia akibat dari adanya ketidaksetaraan gender adalah sebesar 40 persen,” ujarnya dalam rilisnya di Jakarta, Senin,(29/4).

 

Ketimpangan gender yang terjadi di Maluku Utara ini dibenarkan oleh Ibu Dr Nurlela Syarif, Anggota DPRD Ternate, yang juga alumni Doktor Ilmu Komunikasi, Sekolah Pasca Sarjana USAHID Jakarta

Dia mengatakan, dalam wawancara Border Talks, Maluku Utara masih menganut Budaya patriarki, dan  sektoral, sehingga kesempatan dan persembahan  itu wajib diberikan kepada laki-laki. Perspektif leadership misalnya, dari 46 OPD partisipasi di bidang lingkup pemerintahan masih minim Perempuan, menurutnya hal ini “mindset” yang perlu di ubah, karena fasilitas ruang dan kesempatan masih luas.

” Perempuan yang berkarir di dunia politik masih bisa dihitung oleh jari, mindset keterlibatan perempuan masih dalam level hanya sebagai “pelengkap penderita” atau menjadi pemenuhan standar dari apa yang dikriteriakan. Hal ini menjadi tantangan apalagi masih ada pemikiran bahwa perempuan tidak bisa memimpin karena wilayah Maluku Utara adalah wilayah kesultanan,”ungkap Dr Nurlela Syarif.

Untuk meningkatkan pembangunan perempuan di wilayah Maluku Utara menurutnya, adalah pentingnya kolaborasi lintas sektor diawali dengan aksi mindset membuka ruang dan kesempatan untuk peran perempuan, karena isu besarnya yang terjadi pada provinsi ini adalah keterwakilan, perlindungan dan pemberdayaan.
” Pengetahuan mindset dan ekonomi, isu besar ini  jika pembangunannya disinergikan akan berdampak pada pembangunan yang berkelanjutan sesuai dengan misi Maluku Utara menuju Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.

Dr. Nurlela menegaskan perlu berbagi gagasan, penyegaran tentang betapa pentingnya peran perempuan dalam lembangunan sebuah daerah, karena  kesempatan ini tidak hanya membicarakan tentang isu gender namun juga tentang Isu hak asasi manusia.

Berdasarkan pengalaman Dr Sari Wattimena, sebagai konsultan  yang pernah terlibat dalam beberapa riset dengan NGO International seperti USAID dan pertambangan di wilayah Papua, menyimpulkan bahwa, ketimpangan pembangunan dari sudut pandang  gender mengakibatkan pembangunan tidak dapat mencapai potensinya yang optimal, khususnya di wilayah timur Indonesia. Kondisi yang ideal dalam pembangunan manusia yang diharapkan adalah kelompok penduduk laki-laki dan perempuan memiliki akses yang sama untuk berperan dalam pembangunan, memegang kendali atas sumber daya pembangunan yang ada, serta menerima manfaat dari pembangunan yang setara dan adil.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.