JAKARTA,AKSIKATA.COM – Di kawasan Kota wilayah Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat ada sebuah Masjid tua yang usaianya sudah mencapai 3 abad.
Masjid yang tepatnya berada Jalan Hayam Wuruk Nomor 83, RT 009 RW 005 Kelurahan Maphar, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, ini didirikan pada tahun 1780-1797. Pendirinya Tuan Tschoa atau Kapitan Tamien Dossol Seng yang merupakan kepala kaum muslim Tionghoa.
Sejarah pembangunan masjid itu sendiriterbagi menjadi beberapa versi. Salah satunya, bahwa pembangunan masjid dilakukan karena pada saat itu para peranakan Cina yang tinggal di kawasan Glodok tidak memiliki masjid sendiri.
Untuk menunaikan ibadahnya ketika itu, para peranakan Cina sering menggunakan masjid yang dibangun oleh orang pribumi. Karena kerap mendapatkan ejekan dari warga sekitar, para peranakan Cina akhirnya berinisiatif membangun masjid di tengah sebuah kebun jeruk. Itu sebabnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Jami Kebun Jeruk itu.
Namun, versi lain menyebutkan masjid tersebut dibangun oleh seorang panglima perang Cina yang beragama Islam yang ketika itu tengah singgah di Kebun Jeruk dari perjalanannya. Saat itu sang panglima dan pasukannya yang beragama Islam hendak menunaikan shalat, akhirnya, sang panglima memerintahkan kepada para prajuritnya untuk mendirikan masjid Kebun Jeruk tersebut.
Awalnya, masjid itu hanya berukuran 7×7 meter saja. Tetapi siring berkembanganya waktu, masjid itu luasnya mencapai 3.000 meter persegi. Jalan masuknya melewati gang kecil, namun masjid dengan halaman depan sempit ini telah ditetapkan sebagai situs sejarah yang dilindungi UU berdasarkan Surat Keputusan Gubernur tertanggal 10 Januari 1972.
Adapun bangunan masjid ini cukup unik. Kedua atapnya menunjukkan pengaruh gaya arsitektur Belanda, Tionghoa dan Jawa, berbentuk limas segi empat, dengan ukiran dedaunan bergerigi di puncaknya. Di dalam masjid ada ornamen bunga pada pangkal lampu yang menempel di langit-langit Masjid Kebon Jeruk. Dalam ruangan utama terdapat tiang, dan mihrab. Tiang yang terdapat dalam ruangan sepuluh buah.
Di halaman sebelah timur masjid tua itu terdapat makam Fatimah Hwu yang merupakan istri Chau Tsien Hwu (Tuan Tschoa). Nisan dari makam yang bertarikh 1792M ini cukup unik dengan bentuk naga bertuliskan huruf cina berbunyi “Hsienpi Men Tsu Mow” yang artinya “inilah makam China dari keluarga Chai”, dan menggunakan pertanggalan Arab.
Masjid Kebon Jeruk telah mengalami empat kali pemugaran:
Tahun 1950 masjid diperluas pada semua sisinya. Sisi barat diperluas sampai batas pagar Jalan Hayam Wuruk.
Pada tahun 1974 masjid dipugar kembali dengan dana bantuan Gubemur DKI Jakarta dengan kegiatan memperbaiki bagian yang rusak.
Untuk yang ke tiga kali masjid dipugar oleh Dinas Musem dan Sejarah DKI Jakarta pada tahun 1983/1984 – 1985/1986.
Pada tahun 1998 Masjid Kebon Jeruk dipugar kembali untuk yang keempat kali oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta (belum selesai).
Di halaman sebelah timur masjid tua itu terdapat makam Fatimah Hwu yang merupakan istri Chau Tsien Hwu (Tuan Tschoa). Nisan dari makam yang bertarikh 1792M ini cukup unik dengan bentuk naga bertulisan huruf cina berbunyi “Hsienpi Men Tsu Mow” yang artinya “inilah makam China dari keluarga Chai”, dan menggunakan pertanggalan Arab.