JAKARTA, AKSIKATA.COM – Semasa kecilnya, Jeky Johan, bercita-cita ingin menjadi ahli komputer, namun, sayang keinginannya kandas karena memang banyak hal yang kurang mendukung, agar harapannya itu tercapai.
Dalam perjalanan hidupnya, pada tahun 1984, dia bekerja, sebagai karyawan di salah satu perusahaan karoseri mobil. Namun berjalannya waktu, akhirnya Jeky pada 1996 memutuskan diri untuk menjadi petugas body repair, dan setelah itu dirinya keluar.
Kemudian Jeky mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan sebagai seorang mekanik. Sampai akhirnya pada krisis moneter 1998, Jeky pun kena PHK, dirinya menjadi konduktur bus.
Lantas, karena tidak adanya pekerjaan akhirnya, Jeky memutuskan bekerja sebagai pencukur rambut, sampai pada tahun 2015. Jeky yang lumayan bosan dengan kegiatannya itu akhirnya memutuskan menjadi supir ambulance.
Mobil ambulance itu adalah milik temannya yang dinilai Jeky tidak terawat.
“Nah dari situ lha jalan kisah saya sebagai supir ambulance dimulai, dan saya merasa dengan pekerjaan baru saya itu saya bisa mendapatkan pahala dengan membantu orang dari pekerjaan saya,” kata ayah dari tiga anak ini.
Tidak cuma mengantar orang sakit, dengan membawa ambulance itu, ternyata Jeky, lebih sering mengantar jenazah. Bahkan dengan rute yang cukup jauh seperti, dirinya pernah mengantar jenazah sampai ke Mandailing Natal, Sumatera Utara.
Diakuinya dirinya pun sering mengantar jenazah ke beberapa daerah di Pulau Jawa, seperti, Grobokan, Puwodadi, Pekalongan, Brebes, dan sejumlah daerah lainnya yang ada di Jawa Tengah.
Jenazah Jatuh
Berkisah pengalamanyan ketika menjadi supir ambulance di daerah Tangerang, Banten, ada beberapa kejadian unik yang dialaminya.
Tidak lama setelah covid, Jeky mendapat telepon dari istri kerabatnya, yang mengabarkan bahwa suaminya meninggal di salah satu Rumah Sakit. “Padahal istri teman saya itu, hanya punya uang 20 ribu, untung ada teman saya yang membantu untuk membeli bensin,” ujarnya.
Namun masalah timbul karena saat memasukan jenazah ke dalam ambulance, tidak ada yang membantu, akhirnya diputuskan Jeky hanya berdua dengan istri temannya tersebut, yang menemaninya di depan.
Usai sampai di depan rumah almarhumnya, Jeky dikagetkan oleh teriakan warga yang menyatakan bahwa ternyata jenazah jatuh dan lolos dari keranda.
“Padahal jenazah sudah diikat dengan aman, dan saya melihat posisi jenazah, sudah dalam posisi kepala di bawah dan kakinya masih tergantung di kranda, Sadar akan kejadian itu akhirnya warga membantu menurun jenazah, dengan suasana histeris. Ini tanda dan peringatan kepada masyarakat, jika memang setiap manusia butuh pertolongan orang, termasuk menemani jenazah pada di dalam ambulance,” jelasnya.
Pesan moral yang diungkapkan Jecky pun terkisah ketika dirinya mengantarkan jenazah seorang ibu yang pada saat ingin dimakamkan, ternyata jenazah tersebut tidak bisa dikeluarkan dari mobilnya. Di tempat pemakaman keranda tidak bisa diturunkan.
“Pas kita mau turunkan jenazah dari mobil ternyata tidak bisa, sekalipun sampai akhirnya kita dongkel pakai dua linggis, tapi tetap saja tidak bisa. Sampai akhirnya ada orang yang menyarankan agar anaknya dari si almarhumah itulah yang mengakat keranda tersebut, dan terbukti akhirnya jenmazah bisa diturunkan tanpa harus di dongkel,” ungkapnya.
Dari kejadian ada seseorang yang menjelaskan kepada Jecky, bahwa selama hidup dikontrakan, ibunya tersebut ternyata tidak pernah ada seorang pun anak yang memperhatikan kondisi si ibu tersebut.
“Bahkan sampai sakitnya si Ibu, anaknya pun tidak pernah perhatian. Nah inilah pelajaran bagi saya juga kepada masyarakat, bahwa setiap orang tua pasti membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari anaknya,” demikian Jeky Johan kepada Aksi Kata.