TANJUNGSELOR,AKSI KATA.COM – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Cascade, di Tanjungselor, Kalimantan Utara, terus dikebut oleh PT Kayan Hydro Energi (KHE) selaku pemilik. PT KHE menargetkan konstruksi pembangunan bendungan pertama pada tahun depan.
Saat ini pembangunan PLTA yang bakal memiliki kapasitas total 9.000 MW itu telah memasuki tahap pembangunan diversion channel (saluran pengalihan) yang dilakukan melalui peledakan.
“Sekarang kami berkonsentrasi di diversion channel supaya paling tidak tahun depan itu sudah selesai dan kami bisa mengalihkan sungai untuk melakukan konstruksi bendungan Kayan,” papar Direktur Operasional KHE Khaerony, Minggu (10/12) usai acara Doa dan Syukur atas pengoperasian PLTA Kayan Cascade di arena pembangunan PLTA Kayan Cascade, Desa Muara Pengean, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.
Acara doa dan syukur dihadiri Presiden MADN (Majlis Adat Dayak Nasional) Marthin Billa, Ketua DAD (Dewan Adat Daerah) Provinsi Kaltara Johny Laing Impang, Wakil Bupati Bulungan Ingkong Ala, perwakilan Sumitomo Corporation Kenichi Ishigawa dan Takechi Muramatsu, Pemuka Masyarakat Adat Dayak Sungai Kayan, tokoh-tokoh dari Kecamatan Peso, dan pemuka masyarakat dari 12 desa sekitar Kecamatan Peso.
Lebih lanjut, Khaerony menegaskan, untuk progres total pembangunan PLTA Kayan Cascade ini Khaerony belum bisa memastikan. Namun berdasarkan tinjauan dari Kementerian PUPR, KLHK dan instansi terkait lainnya pada Agustus 2023 ini pembangunan telah mencapai 27%. “Pastinya sekarang ada perubahan cukup drastis. Kami di sini menggunakan konsultas pengawas, Indra Karya. Itu artinya yang mengawasi itu nanti Indra Karya yang bisa membuat laporannya ke kami,” papar Khaerony.
PLTA Kayan Cascade ini akan memanfaatkan area sepanjang aliran air Sungai Kayan, di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
Terdiri atas 5 bendungan dengan 5–6 unit turbin pembangkit pada tiap bendungannya. PLTA ini akan menghasilkan listrik bersih dengan total 9.000 Megawatt.
Proyek ini akan menarik investasi hingga US$17,8 miliar. Untuk pembangunan proyek ini PT KHE berpartner dengan perusahaan energi asal Jepang Sumitomo Corporation.
Listrik yang dihasilkan oleh proyek PLTA ini akan menyuplai kawasan industri hijau di Kalimantan Utara dan Ibukota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
PLTA ini juga akan memasok kebutuhan listrik di Pulau Kalimantan, termasuk kawasan industri hijau yang dikembangkan oleh PT Indonesia Strategis Industri (ISI).
Presiden MADN (Majlis Adat Dayak Nasional) Marthin Billa menyebut PLTA Kayan Cascade akan menumbuhkan perekonomian Kaltara. “Setelah di Kaltim ada IKN di sini ada PLTA Kayan Cascade. PLTA Kayan akan menopang pertumbuhan industri di Kaltara. Maka akan makin berlipat pertumbuhannya,” ucapnya.
Salah satu perusahaan yang akan beroperasi di kawasan industri tersebut, PT Green Amoniak Indonesia berharap PLTA Kayan Cascade segera dapat beroperasi sehingga mereka dapat memulai pembangunan pabrik amoniak di kawasan industri hijau. Selain listrik dari PLTA, amoniak ini juga akan memanfaatkan air sebagai bahan baku sebagai ganti gas.
“Kami sangat berharap proyek PLTA ini segera selesai. Kalau ini sudah pasti kami baru bangun pabrik. Kami akan menyelaraskan pembangunan pabrik sesuai dengan pembangunan PLTA ini,” ujar Hari Supriyadi, Presiden Direktur PT Green Amoniak Indonesia.
Dia mengatakan pihaknya bisa saja menggunakan listrik PLN untuk pembangunan pabrik tersebut. Namun tidak dilakukan karena nantinya tidak lagi menghasilkan produk hijau.
Hari menambahkan pihaknya akan membangun dua pabrik di kawasan ISI. Selain pabrik amoniak juga adalah pabrik hidrogen. Namun yang baru konfirmasi dan sudah tandatangan MOU adalah pabrik amoniak. Total kedua pabrik tersebut membutuhkan daya listrik sekitar 600 MW.
Dia menambahkan pabrik amoniak yang akan dibangun nanti akan memproduksi amoniak 300 ton per hari atau sekitar 100 ribu ton per tahun. Amoniak tersebut akan diekspor ke sejumlah negara di antaranya Jepang dan Korea Selatan.
“Amoniak dan hidrogen
kami targetnya satu juta ton, ini saja bisa jadi yang terbesar. Karena kita tahu penggunaan amoniak sekarang menjadi besar sebagai fuel . Jadi penggunaan amoniak dan hidrogen ini menjadi suatu loncatan ke depan. Jadi mobil misalnya Toyota itu tidak lagi konsen ke mobil listrik tapi ke mobil hidrogen,” jelasnya.