Kehadiran Perpustakaan  Masih Sangat Relevan di Tengah Perkembangan Teknologi Informasi yang  Semakin Pesat

SEMARANG, AKSI KATA. COM –
Konferensi Internasional Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) ke-2 digelar dengan mengusung tema Upscaling Academic Library Resources as a Strategy to Navigate The Post-Pandemic Era, Digital Transformation and Society 5.0 in The Interconnected World. KPPTI ke-2 ini diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Soegijapranata Catholic University, dan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, Wilayah Jawa Tengah.

Prof. Ir. Nizam, M.Sc, DIC, Ph.D, Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kemendikbud yang menjadi Keynote Speech dalam pidatonya menyampaikan, tema KPPTI ke-2 sangat tepat, karena saat ini, setelah dua tahun lebih kita didera pandemic Covid-19, kita merasakan bagaimana kehadiran teknologi semakin hadir di tengah-tengah kita.

Di akhir tahun lalu kita melihat bagaimana perkembangan Artificial Intelligence (AI) sudah sedemikian matangnya sehingga generasi AI menjadi hal yang menjadi platform baru di dalam interaksi manusia dengan pengetahuan dan interaksi antara manusia dengan sumber corpus ilmu pengetahuan yang sangat besar di dunia ini.
Chat GPT juga bisa berkomunikasi dan bertanya dengan memberikan jawaban yang belum tentu benar tetapi seolah-olah benar karena dikemas dalam generasi AI, seperti manusia yang menjawab pertanyaan kita sehingga hal ini menghasilkan kebenaran halusinasi yang tentu membutuhkan kehati-hatian kita semua.

” Nah transformasi digital yang terjadi dan kemajuan teknologi ini tentu kita harus respon secara bijak, sekaligus juga secara cerdas. Karenanya kehadiran perpustakaan saat ini tentu sangat-sangat penting. Justru dengan kemajuan teknologi informasi (TI) yang sangat pesat saat ini dan sumber ilmu dari dunia maya yang sangat-sangat besar ukurannya, ini menjadikan kita kembali memerlukan perpustakaan sebagai tempat penjaga corpus pengetahuan yang terkodifikasi,” ujar Prof.Nizam.

Sebagai pusat pengetahuan yang tervalidasi, menurut Prof. Nizam,  tugas pustakawan dan peran dari perpustakaan perguruan tinggi Indonesia pada umumnya di saat ini dan ke depan semakin menghadapi tantangan yang semakin tinggi Kehadiran perpustakaan  masih sangat relevan dengan kebutuhan, justru ketika teknologi informasi sudah semakin pesat saat ini. Namun demikian tentu membutuhkan keberanian dari para pustakawan sekalian untuk juga bertransformasi sehingga pemanfaatan teknologi dan platform-platform yang ada itu bisa memperkuat, bisa membidik platform untuk meningkatkan akses bagi mahasiswa, dosen, dan para peneliti pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih mudah dan tervalidasi dengan baik.
”  Untuk itu, para pustakawan dan seluruh insan di bidang perpustakaan ini harus selalu mengupgrade diri dan terus meningkatkan diri dan kompetensinya agar layanan-layanan perpustakaan kita itu relevan dengan kemajuan jaman dan kemajuan TI untuk membawa khasanah pengetahuan yang tervalidasi masyarakat akademisi,” tutur Prof.Nizam

Prof. Nizam berharap, melalui KPPTI ke-2 ini bisa didiskusikan berbagai strategi, berbagai kemajuan di perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi kita dan bisa saling berbagi pengalaman, dan berbagi praktik baik untuk bisa didesiminasikan antar perpustakaan.

”  Kerja sama antar perpustakaan (inter library collaboration) sekarang dengan teknologi digital juga sangat-sangat diperkuat. Kalau dulu kita mau pinjam antar library harus pinjam dalam  mikrofis dan sebagainya. Saat ini secara elektronik inter library loan tentu bisa lebih mudah untuk kita lakukan, dan semoga konferensi yang diselenggarakan oleh FPPTI ini bisa membawa kemajuan perpustakaan di Indonesia,” pungkas Prof. Nizam.

Pembicara seminar,  Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc, M.B.A., M.A., M.Phil., M.Si (Rektor Universitas Pradita) menyampaikan,  kita harus meredefinisikan perpustakaan dari kata benda menjadi kata kerja dan merubah culture (budaya) terkait perpustakaan.

Menurutnya, ada tiga hal yang harus dirubah di perpustakaan yaitu;  the place where you go; the place goes to our library; and that can be digitalises library.

” Permasalahan yang paling banyak yang harus dilakukan oleh pustakawan adalah issues on information technology related to libraries,” katanya.

Prof. Eko Indrajit, memberikan tips memerangi ketakutan pustakawan dalam menghadapi kemajuan teknologi yaitu dengan  mencari peluang di perpustakaan dalam berbagai hal, seperti mengikuti webinar, pelatihan, seminar, konferensi, mengunakan AI secara bijak, dan lain sebagainya. ”  Yakinlah bahwa teknologi tidak bisa merubah sifat manusia yang humanis,” ungkapnya.

Paparan narasumber ke dua,  Lee Cheng Ean (Advisor and Global Relations, National University of Singapore) dengan judul : Leveraging IT at NUS Libraries to Enhance User Experience.

Ean menitikberatkan bahwa kita hidup di masa industri dan perkembangan teknologi yang sangat signifikan; Education Reforms dilakukan oleh NUS sehingga mempengaruhi perpustakaan dalam mengembangkan layanannya.

Pustakawan juga harus meningkatkan kemampuannya terkait dengan teknologi. Perpustakaan NUS selalu memperhatikan tren terkini di dunia global yang berpengaruh  pada pembelajaran dan pengajaran, serta menyusun strategi 2023-2027 seperti talent management strategy, digital strategy, communication and engagement strategy; Terdapat berbagai macam layanan yang berbasis teknologi yang telah diterapkan di perpustakaan NUS dalam proses pembelajaran dan pengajaran.

Narasumber ke tiga dari Universitas Gadjah Mada, Safirotu Khoir, Ph.D. dengan materi pembahasan Balancing Academic Library Services to Embrace Society 5.0.

Fira menggarisbahwai bahwa HiTech, Automatic, AI dan adalah teknologi yang berdampingan dengan perpustakaan; manusia tetap memerlukan manusia tidak hanya memerlukan bantuan robot yang mengerti segala hal. Penggunaan ChatGPT juga tidak akan bisa menggantikan pustakawan yang melayani di perpustakaan; dan revolusi industri yang bertahan dari yang pertama hingga keempat memiliki impact kepada kehidupan.

KPPTI kali ini juga dihadiri tuan rumah dari Semarang yaitu Rektor Soegijapranata Catholic University, Dr. Ferdinandus Hindiarto, S.Psi, M.Si. dan Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, Defransisco Dasilva Tavares, SP, M.Si.

Pada sambutannya, Ketua FPPTI, Mariyah, S.Sos., M.Hum. menyampaikan, pada bulan November ini, dalam momen yang berbahagia, sengaja mengangkat perkembangan isu dan tantangan pustakawan dan perpustakaan, yang harus tetap survive dengan kondisi apapun seperti pandemic Covid-19 dan tetap akan survive dengan kondisi selanjutnya yang harus saling terkoneksi tidak hanya di Indonesia namun internasional, yang tentunya tidak akan mudah jika tantangan saat ini belum dapat teratasi atau terlewati.

Ia mengatakan, perpustakaan maupun pustakawan dituntut untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan disruptif ini dengan melakukan inovasi dan kreativitas serta melakukan re-definisi terhadap fungsi dan peran perpustakaan serta pustakawan. Dengan inovasi dan kreativitas, fungsi dan peran perpustakaan – pustakawan akan terlaksana secara kontekstual dan up to date. Kemampuan perpustakaan – pustakawan untuk mengoptimalkan kompetensi digital dan literasi ilmiah, mengoptimalkan informasi secara open science, kemampuan untuk memahami electronic resource management, kemampuan membangun kolaborasi dengan peneliti serta kemampuan membangun komunitas – konektivitas berbasis pengetahuan menjadi tuntutan perpustakaan – pustakawan di era disruptif ini.

” Tentu saja, kemampuan melakukan adaptasi di era disruptif ini tidak muncul begitu saja. Sangat diperlukan kemauan untuk meningkatkan kompetensi baik secara individual maupun secara kolegial. Peningkatan kompetensi dengan menumbuhkan konsep belajar secara berkelanjutan harus didukung juga dengan media-media pengembangan kompetensi pustakawan seperti seminar, training, workshop bahkan kesempatan melakukan studi banding, penulisan ilmiah atau kegiatan apapun yang memiliki fokus pada pengembangan kompetensi secara kontekstual dan up to date,” pungkasnya.

Konferensi Internasional untuk Perpustakaan Perguruan Tinggi di Indonesia yang FPPTI selenggarakan, tidak hanya menghadirkan kegiatan seminar internasional, workshop, call for paper dan call for best practice, namun juga menyelenggarakan Musyawarah Nasional (MUNAS) ke-IX dalam rangka pemilihan Ketua Umum FPPTI periode 2023-2026.

Hasil Munas tahun 2023, Mariyah, S.Sos., M.Hum. terpilih kembali sebagai Ketua Umum FPPTI dan Amirul Ulum, S.Sos., M.P. sebagai Sekretaris Jenderal FPPTI untuk periode 2023-2026. Acara dilanjutkan dengan ajang pemilihan pustakawan berprestasi yaitu “Indonesian Academic Librarian Award” (IALA) dan perpustakaan berinovasi atau “Academic Library Innovation Award” (ALIA), dengan peserta terbaik pemilihan dari 27 FPPTI Wilayah di Indonesia.

Ada 7 finalis IALA dan ALIA yang masuk dalam grand final di FPPTI Pusat. Dari 7 finalis tersebut, juara 1 ALIA dimenangkan oleh Perpustakaan Universitas Telkom dengan judul inovasi: “OLAFA (Open Library Application for Acceditation): Visualisasi Data melalui Dashboard untuk Menunjang Akreditasi Institusi dan Prodi di Telkom University” dan juara 1 IALA diraih oleh Mochammad Riski Destrianto, S. Hum. dari Perpustakaan Instiper Yogyakarta, dengan judul karya:” Pengembangan Display Pohon berbasis QR Code dan Konten Visual pada Arboretum INSTIPER Yogyakarta”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *