JAKARTA, AKSIKATA.COM – Salah satu skenario terpilih dari Program Indonesiana Film yang difasilitasi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan judul “Tulang Belulang Tulang” menarik investor Adhya Pictures untuk membiayai produksinya.
Tulang Belulang Tulang merupakan hasil Inkubasi dari program Indonesiana film 2021 yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek guna mendukung inisiatif-inisiatif masyarakat di bidang Kebudayaan termasuk bidang perfilman.
Tulang Belulang Tulang adalah sebuah skenario film panjang komedi road trip yang ditulis oleh Sammaria
Sari Simanjuntak dan Lies Nanci Supangkat. Tulang Belulang Tulang bercerita tentang upacara ‘Mangokal
Holi’ (pemindahan tulang belulang leluhur) yang merupakan kebanggaan bagi keluarga Batak yang mampu
melaksanakannya.
Celakanya, koper berisi tulang belulang “Tulang Tua” (Kakek Buyut) hilang di bandara. Mereka harus segera menemukan tulang kalau tidak mau dikutuk “Opung” (Nenek) dan seluruh keluarga besar yang sudah menunggu siap berpesta di Danau Toba. Perjalanan mencari tulang yang hilang menjadi kekuatan dari cerita film ini.
Meski berlatar belakang suku Batak, pihak Adhya Pictures optimistis film keluarga ini akan dapat dinikmati oleh penonton dari berbagai latar belakang. Proses syuting film ini rencananya baru akan dimulai pada Mei 2023 mendatang.
“Kami sangat tertarik pada narasi bermuatan lokal yang sarat akan pesan moral. Terlebih dapat mengangkat keunikan maupun kekhasan dari budaya lokal, termasuk suku Batak ini.’’ Ungkap Ricky Wijaya mewakili Adhya Pictures.
Film Tulang Belulang Tulang ini merupakan salah satu dari 4 proyek film Indonesia senilai Rp50 miliar, yang merupakan hasil kolaborasi Adhya Group dan Bizhare melalui kegiatan Fintech Securities Crowfunding Indonesia (FinsCoin).
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid mengaku sangat mendukung dan bangga dengan rencana produksi film ini. “Saat ini, isu dan nilai kearifan lokal menjadi daya tarik yang tidak habisnya untuk diangkat menjadi sebuah film. Kekhasan dan kedekatan terhadap nilai-nilai yang hidup di masyarakat membuat film menjadi lebih berwarna, menarik, dan memberikan pengalaman yang unik bagi penonton,’’ jelas dalam jumpa pers di kantor Kemendikbud, Rabu (8/3/2023).
Terlebih menurut Hilmar, Indonesiana Film dimulai dengan program lokakarya untuk mengembangkan
kapasitas penulisan skenario dan produksi film bagi para produser, penulis skenario, dan sutradara yang
diselenggarakan oleh Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
“Bahkan, peserta lokakarya ini mendapatkan pelatihan langsung dari tutor penulisan skenario dari
University of Southern California (USC), Amerika Serikat,” ujar Hilmar.
Vivian Idris dari Akses Film Financing Indonesia menjelaskan, ada beberapa persyaratan untuk mengikuti program tersebut, antara lain peserta harus tim bukan perorangan. Satu tim terdiri dari produser, penulis, dan sutradara. “Tapi dalam satu tim sutrada tidak harus ada atau menjadi kewajiban, yang harus ada adalah produser dan penulis,” kata Vivian.
Persyaratan lainya, peserta sudah pernah membuat film dan ditayangkan di bioskop atau di platform digital. Dia juga menegaskan, bahwa Kemendikbudristek tidak menetapkan syarat apapun bagi peserta untuk mengikuti workshop di Indonesiana Film.
Sementara itu Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media mengatakan, Kemendikbudristek
melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media akan terus mendukung dan memperkuat ekosistem
perfilman melalui berbagai program, salah satunya Indonesiana Film.
“Program ini merupakan upaya kami untuk menghasilkan karya-karya naskah berkualitas berbasis
kekayaan budaya Indonesia, khususnya kearifan lokal. Dan kita juga butuh lebih banyak dukungan
berbagai pihak dan investor untuk turut memajukan ekosistem perfilman Indonesia,’’ tegasnya.