JAKARTA, AKSIKATA.COM – Hacker Bjorka sempat mengaku motif ia mengacak-acak data sejumlah petinggi dan pemerintah di Indonesia. Ia mengaku orang terdekatnya menjadi korban kebijakan Orde Baru pasca 1965.
Tentu cerita ini tidak bisa dikonfirmasi asli atau cuma karangan saja.
Bjorka yang memiliki Twitter @bjorkanisme, yang kini sudah di suspend, mengungkap alasan mengganggu Indonesia adalah cara baru untuk demonstrasi.
Menurutnya, pemimpin teknologi harusnya jangan seorang politisi atau tentara.
“Pemimpin tertinggi dalam teknologi harusnya ditugaskan kepada seseorang yang mengerti, bukan politisi dan bukan seseorang dari tentara. Karena mereka cuma orang bodoh,” tulis Bjorka.
Bjorka mengungkap betapa mudahnya membobol data yang dikelola pemerintah Indonesia.
Dia pun mendedikasikan aksi ini untuk seorang kawan orang Indonesia di Warsawa, Polandia.
“Saya punya seorang kawan baik di Warsawa dan dia banyak bilang betapa kacaunya Indonesia. Saya melakukan ini untuk dia,” kata dia.
Orang ini, kata Bjorka, sudah kehilangan status WNI akibat kebijakan tahun 1965. Jadi, jangan repot-repot mencari orangnya lewat Kemlu. Bjorka bilang sosok itu adalah kakek tua yang cerdas.
“Dia tidak lagi diakui Indonesia sebagai warga negara karena kebijakan 1965. Walaupun dia seorang bapak tua yang sangat cerdas,” kata Bjorka.
Ia menyebut jika orang itu mengurusnya sejak dia lahir. Sosok ini ingin pulang membangun Indonesia dengan teknologi.
Meskipun, dia juga melihat hal yang menyedihkan untuk menjadi seorang seperti BJ Habibie. Sampai akhir hayatnya tahun lalu, sosok ini tidak bisa pulang ke Indonesia.
“Tahun lalu dia meninggal dunia. Orang tua ini sudah mengurus saya sejak saya lahir. Dia ingin pulang dan melakukan sesuatu dengan teknologi, meskipun dia lihat betapa sedihnya menjadi seorang Habibie. Dia tidak punya waktu untuk melakukannya sampai akhirnya meninggal dengan damai,” kata Bjorka.
Bjorka mengatakan, langkahnya mengganggu Indonesia adalah cara mewujudkan mimpi almarhum.
Almarhum ingin Indonesia menjadi lebih baik lagi. Tapi sekali lagi, cerita Bjorka ini tidak bisa dikonfirmasi apakah asli atau karangan belaka.
“Kami punya tujuan yang sama, agar negara tempat dia lahir bisa berubah untuk menjadi lebih baik. Senang berkenalan dengan Anda semua,” ungkap Bjorka.
Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengaku heran dengan tindakan seorang hacker mengungkap petunjuk soal jati dirinya.
“Lha kok malah membuka background dan jati dirinya? Kan jadi ketahuan motif sampeyan, tidak murni leaking tapi ada unsur perlawanan pada politik orba,” kata dia di akun Twitter @ismailfahmi.
“Apakah Bjork ini benar ada di Warsawa spt pengakuannya atau ada di Indonesia, motifnya kok sptnya ndak lagi jualan data, tp lebih ke politik?,” imbuhnya.
Namun demikian, dia meragukan motif tersebut karena masanya sudah tak relevan. Orba sudah tumbang lama.
“Kalau motifnya terkait orba, ya ndak relevan dengan jaman sekarang. Udah banyak berubah.”
Diketahui, kebijakan 1965 yang dimaksud adalah terkait dengan orang-orang eksil. Para eksil adalah generasi muda Indonesia di awal tahun 1960-an yang dikirim kuliah ke negara-negara blok Timur oleh pemerintah Orde Lama.
Usai Peristiwa G30S 1965, mereka tidak bisa pulang ke Indonesia karena dianggap PKI oleh pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Para eksil tersebar di Eropa dan negara-negara lainnya.(*)