Netafim Indonesia Wujudkan Generasi 4.0 Greenhouse kepada Mahasiswa IPB

BOGOR, AKSIKATA.COM – Mendukung visi dan misi Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria untuk percepatan upaya mewujudkan generasi 4.0 Greenhouse, Netafim Indonesia adakan seminar tentang ‘Upaya Mewujudkan Greenhouse yang Tepat, Irigasi yang Presisi Serta Penerapan Teknologi Tepat Guna Menuju Generasi 4.0 Greenhouse’.

Acara yang diadakan di Kampus Vokasi IPB, jalan Kumbang, Bogor Tengah, Kota Bogor, pada Sabtu (28/5/2022) dihadiri Alghienka Defaosandi selaku Commercial Manager Netafim Indonesia, DR Orian Shalev Pakar Agronomist dari Head Quarter Netafim Israel dan Muhammad Amri SP, Agronomi Netafim Indonesia.

Tak hanya kalangan mahasiswa, undangan ini juga diminati para ahli, praktisi dari IPB dan kalangan swasta.

“Jadi kami dari Netafim selaku perusahaan mikro irigasi dan Greenhouse, kebetulan kami adalah perusahaan multinasional yang sudah ada dari tahun 2000. Kami di Indonesia sudah mengembangkan lahan terbuka 16 ribuan hektar dan lahan Greenhouse kurang lebih sebagai proyek itu 50 hekter. Pada kesempatan kali ini bersama IPB kami sudah beberapa proyek bekerjasama, dimana IPB sebagai universitas pertanian terbaik yang ada di Indonesia punya visi dan misi sesuai pesan dari Pak Rektor Prof Arif Satria, bahwa pertanian 4.0 adalah satu fokus ke depan yang harus dilakukan. Sehingga ini jadi satu pertemuan yang sangat baik antar Netafim dan IPB. Kami penyedia pertanian berkelanjutan yang presisi juga, atau presisi agri culture menyediakan sistem, baik itu lahan terbuka maupun lahan Greenhouse,” ujar Alghienka Defaosandi selaku Commercial Manager Netafim Indonesia kepada wartawan, Sabtu (28/5/2022).

Menurut alumni IPB ini, seminar ini sebagai upaya penyegaran kepada mahasiswa agar tidak kaget ketika masuk ke industri pertanian.

“Jadi kami memberikan kesempatan kepada para mahasiswa terutama sekolah vokasi yang dulunya Diploma Tiga mahasiswa yang siap kerja, agar tidak kaget ketika masuk ke industri pertanian setelah lulus. Mereka akan tahu bagaimana cara berbudi daya yang baik dan benar, dengan cara irigasi yang baik, nutrisi yang baik, kemudian sistem-sistemnya seperti apa. Semuanya ada di sini di Vokasi IPB sebagai miniaturnya,” kata Alghienka.

Pada kesempatan kali ini, selepas pandemi Covid, dinilai Alghienka sebagai waktu yang tepat untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa dan undangan lainnya.

“Setelah kita hampir dua tahun tidak ada kegiatan secara offline diberikan kesempatan untuk merefresh kembali terkait penjelasan teknis dan terkait penjelasan agronomis, karena kenapa kita melakukan ini, karena ini salah satu servis yang harus kami sediakan, tagline perusahaan kami salah satunya adalah partner for success, sehingga memastikan klien mendapatkan satu dukungan, tidak hanya kami jualan berhenti, tapi kami jadikan satu servis yang kami sediakan,” ujarnya.

Menyediakan akses servis atau menjadikan proyek ini sebagai suatu proyek sukses jadi tantangan tersendiri, pasalnya ia memastikan semua klien Netafim Indonesia akan mendapat dukungan baik dari segi teknikal dan dari sisi agronomi.

“Makanya di acara ini kami mendatangkan technical expert, mendatangkan agronomi langsung dari headquarter kami, salah satunya memberikan support kepada customer kami, juga untuk IPB. Kami dalam waktu dekat akan melakukan kerjasama dengan IPB dengan manfaat yang lebih besar lagi yang lebih berkelanjutan lagi,” tambah Alghienka.

Greenhouse itu sendiri prinsipnya adalah cara berbudidaya, cara menanam tapi jenis sistem yang akan ditanam itu yang berbeda-beda.

“Ada yang namanya Growing Bet Contain, Hanging Gutters, Nurseri tempat pembibitan jadi itu satu sistem juga, kemudian ada menggunakan foiles atau polibag foiles.”

Di kampus Vokasi IPB sendiri tersedia 1500 meter persegi untuk Greenhouse miniatur mini yang terbagi dalam 6 area.

Lebih Unggul

Greenhouse memiliki keunggulan dibanding budidaya lainnya, berbagai tanaman ini tak akan kehujanan, tak ada hama atau penyakit yang biasanya mudah menggerogoti berbagai jenis tanaman baik buah atau sayuran. Semuanya tercover lebih aman dalam ruang tertutup.

“Kita bisa memastikan semua perlakuan tanaman itu sama, itu yang membedakan Greenhouse dan keunggulannya. Sebagai contoh di sini kan ada bayak tanaman, tanaman kalau dilakukan penyinaran satu satu ya habis waktu dan harus berapa orang yang mengerjakannya. Nah di sini tanaman mendapatkan perlakuan yang sama, dari 1000 populasi tanaman semuanya mendapatkan air satu liter per jam misalkan, semua pupuknya 10 militer per jam. Jadi semuanya sama ibaratnya semua individu tanaman mendapatkan perlakuan yang sama,” ujar Alghienka yang berlatarbelakang keluarga petani juga.

Kelebihan lainnya pula dari Greenhouse adalah bisa “meracik” rasa ala koki masakan. Tanaman bisa diubah rasanya, ingin lebih asam, sedikit lebih pedas, semuanya diatur di ruang kontrol. Ibarat pupuknya ABCD, yang A ambil satu, B bisa ambil dua untuk tanaman melon.

“Untuk tanaman misalkan stroberi blok A-nya misalkan pupuk A-nya ambilnya 5, pupuk B-nya 2. Jadi itu kombinasi sesuai kita, kita kontrol saja di komputer. Memahami kebutuhan marketing di lapangan jadi orang Indonesia suka melon yang cruncy atau suka melon yang agak-agak keras tapi manis, nah itu bisa kita atur tuh, bikin kemanisannya berapa kalau kemanisan itu kan level breaks, mau kita set di 15 bisa, pengaturannya bisa kita lakukan. Jadi itu berlaku untuk semua jenis tanaman baik itu stroberi maupun di tanaman melon, tomat, paprika. Cabe misalkan yang level capsikumnya itu kan yang bikin pedas bahan aktifnya capsikum, nah capsikumnya bisa kita atur mau lebih pedas mau tidak lebih pedas, walaupun kembali lagi semuanya tergantung kepada benihnya,” jelasnya lagi.

Diakui Alghienka biaya investasi awal di Greenhouse lebih tinggi, namun biaya operasional jauh lebih murah. Sebagai contoh tidak perlu ada orang padahal sistem ini berjalan, menghemat penggunaan tenaga kerja. Kemudian yang pasti hasil jauh lebih merata.

Misalkan hasil panen yang biasa didapat petani 8 ons atau 0,8 kilo per satu tanaman untuk yang baik melon bisa ditingkatkan 1,2 kilo tergantung dari varietasnya.

“Yang pasti kami lakukan di sini bukan teknologi baru di dunia, yang coba kami adaptasi adalah memberikan satu pengenalan industri yang lebih baik lagi, yang lebih presisi lagi kalau bentuknya seperti apa buat saya pribadi yang harus dikenalkan adalah teknologi yang tidak terlalu mahal. Minimal teknologi yang mendapat perlakuan yang sama dulu, misalkan brif irigasi mampu memberikan keseragaman 95 persen.”

Saat ini Netafim Indonesia sudah membangun lebih dari 16 ribu hektar di seluruh indonesia.

Sementara Wakil Dekan Sekolah Vokasi IPB, Dr. Wawan Oktariza mengatakan, “Kami memiliki kampus Vokasi di Bogor dan tengah kembangkan teknologi greenhouse. Bagaimana sekarang teknologi greenhouse berkembang. Agribisnis di dunia sekarang berkembang salah satunya dengan penggunaan greenhouse.”

Ia juga mengatakan, pihaknya sudah membangun dua greenhouse di sekolah Vokasi di Bogor dan Sukabumi.

Ditambahkan DR Orian Shalev Pakar Agronomist dari Head Quarter Netafim Israel, sudah banyak negara yang menggunakan Greenhouse sebagai budidaya tanaman yang lebih baik hasilnya. Beberapa negara seperti Amerika, Turki, China, Afrika Selatan, termasuk negara Israel sendiri.

Ia menjamin kualitas Netafim adalah terbaik dan ia juga mendukung untuk membantu negara-negara yang memakai jasanya agar hasil kualitas baik bisa didapatkan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.