JAKARTA, AKSIKATA.COM – Sebanyak 92,37 persen pembaca kumparan tak percaya dengan big data milik Menko Luhut soal penundaan Pemilu 2024. Sikap ini didapat dari hasil polling kumparan yang berjalan sejak 17-22 Maret 2022.
Dari total 1.494 responden yang mengisi polling, terhitung ada 1.380 orang yang memilih tidak percaya dengan big data tersebut. Artinya, hanya 114 orang yang menilai big data Luhut dapat dipercaya.
Sebelumnya, Luhut mengklaim ada 110 juta masyarakat yang ingin pemilu ditunda berdasarkan big data. Namun ia tak menjelaskan secara rinci dari mana data 110 juta data itu diperoleh.
“Ya, pasti adalah (big datanya), masa bohong. Janganlah (diungkap ke publik),” kata Luhut dalam acara DEWG G20 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Selasa (16/3/2022).
Klaim Luhut itu berbanding terbalik dengan temuan sejumlah lembaga survei, dikutip dari Kumparan, Rabu (23/3/2022). Baik LSI, LSI Deny JA, serta Charta Politika justru mengungkap bahwa mayoritas masyarakat menolak pemilu ditunda.
Hasil survei LSI, misalnya, menyebut 70,7% masyarakat Indonesia menolak wacana penundaan Pemilu 2024. Hal senada juga terlihat dalam polling kumparan pada awal Maret lalu. Saat itu, sebanyak 85,7 persen pembaca menolak penundaan tersebut.
Pendiri sekaligus peneliti Drone Empirit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, mengatakan sangat mustahil ada 110 juta masyarakat yang bicara penundaan pemilu, apalagi menyatakan setuju di media sosial.
“Bagaimana melihat populasi? 110 juta mereka yang aktif yang di medsos dan bicara penundaan. Jadi ada 110 juta semua bicara penundaan pemilu is impossible. Populasi yang kita maksud populasi percakapan,” kata Fahmi dalam diskusi Meninjau Pandangan Publik dan Analisis Big Data soal Penundaan Pemilu di Jakarta, Kamis (17/3).(*)