DESA Tlilir, Kecamatan Tlogomulyo, Kab, Temanggung, Jawa Tengah, yang kini terus berbenah menjadi Desa Wisata Kampung Mbako, mempunyai event tahunan yang unik yaitu Festival Domba.
Lebih dari sekedar unik, namun festival domba ini menjadi siasat yang cantik bagi warga kaki gunung Sumbing dalam menggerakan roda perekonomian desanya ketika musim panen raya tembakau telah usai.
Fatkhur Rohman, Kepala Desa Tlilir menjelaskan, Festival Domba yang berlangsung pada 26 Februari 2022 ini memasuki tahun ke 2 penyelenggaraan. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari siasat atau setrategi desa agar roda perekonomian warga tetap bergerak, tidak mengandalkan penghasilan tembakau semata.
Meski belum diketahui secara jamak dan popular seperti event karapan sapi di Pulau Madura atau Pacu Jawi di Sumatera Barat, akan tetapi marwah untuk menggali event berbasis kearifan lokal terus dilestarikan.
“Sudah hampir 7 tahun warga desa Tlilir melupakan tradisi ternak domba, karena warga lebih fokus pada usaha tembakau. Event ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas domba yang dipelihara dan diternak masyarakat,” ungkap Fatkhur Rohman, Jumat,(28/1).
Kades Fatkhur Rohman menambahkan, dengan beternak domba artinya warga desa yang berada di ketinggian 1100 mdpl ini dapat menopang perekonomiannya dikala hasil panen tembakau kurang menguntungkan.
“Dari Festival Domba ini, kami dari pemerintah desa dan kelompok tani berharap wawasan, dan edukasi masyarakat tentang ternak domba semakin bertambah tiap tahunnya,” tambahnya.
Sementara itu Joko Budi Nuryanto, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan, Kabupaten Temanggung memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya festival domba ini.
“Selain itu apabila ada masyarakat desa Tlilir lulusan SMA yang ingin belajar lebih dalam tentang ilmu peternakan, dan mau kuliah, Dinas akan mengupayakan untuk mendapatkan fasilitas gratis untuk masuk perguruan tinggi,” janjinya.
Menggerakan Ekonomi Warga
Sebelumnya warga desa Tlilir hanya mengenal tembakau sebagai sumber penghasilan utama. Namun dengan adanya festival domba ini warga jadi memahami penting dan tahu manfaatnya penyelenggaraan event.
Festival domba tahun ini diikuti dari berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Kabupaten Banyumas, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Brebes, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Kehadiran para peserta lintas kabupaten tersebut, ternyata mendatangkan berkah bagi para pelaku UMKM di Desa Tlilir. Sekitar 40 pelaku UMKM yang turut ambil bagian dalam festival domba itu. Dan masing-masing pelaku UMKM mengaku mendapat penghasilan Rp4 juta.
Ini artinya, di desa Tlilir saat menggelar festival domba telah terjadi perputaran rupiah mencapai Rp160 juta.
Bondan, salah satu peserta dari Condong Catur, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menyatakan, harus diakui festival atau kontes domba ini dapat menjadi pemantik pergerakan ekonomi, terutama dari kalangan peternak domba. “Akan semakin bagus lagi jika ada festival sejenis untuk sebagai pembanding,” terangnya.
Yang menarik dalam festival domba tahun ini, domba milik Haji Suhadi, asal dusun Kiyayu, desa Tlilir, yang memiliki bobot 153 kg menyabet juara untuk kelas Domba Jantan Campuran Tidak Bertanduk harganya langsung meroket menjadi Rp100 juta.
Padahal, Haji Suhadi mengaku awal membeli domba tersebut hanya Rp40 juta. Sebelum menjadi juara di festival domba tersebut pernah ditawar Rp50 juta. Meski telah mendapat tawaran Rp100 juta, Haji Suhadi belum mau melepasnya.