KUDUS,AKSIKATA.COM – Saat ini dunia sedang mengalami kondisi global resetting untuk membangun suatu pola transformasi baru dari kondisi normal ke new normal yang juga sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Hal ini akan memberikan kesempatan yang sama kepada semua pihak dan saat bersamaan juga akan menggilas pihak lain yang tidak siap.
Melalui Forum Digitalk, Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik bermitra dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) bersama dengan Yayasan Pendidikan Adiluhung Nusantara (YPAN), Sahabat Guru dan Pemerintah Kabupaten Kudus mengadakan kegiatan edukasi dengan tema “Profil Pendidikan Ideal Menghadapi Disrupsi Pembelajaran Era Digital” Jumat (10/12) secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara live streaming melalui kanal Youtube Ditjen IKP Kominfo dan SahabatGuru.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olah Raga Kab. Kudus, Harjuna Widada sangat mengapresiasi webinar tersebut dan berharap dapat bermanfaat dalam memberikan pemahaman dan keterampilan bagi para guru dalam penggunaan media digital sebagai sarana pembelajaran.
“Perkembangan teknologi digital adalah sebuah keniscayaan. Kita harus menyesuaikan diri dan beradaptasi demi kemajuan pendidikan bagi anak-anak kita nanti”, tuturnya saat membuka kegiatan webinar.
Berbicara sebagai keynote speaker, Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat menyampaikan, menyusun kurikulum atau profil pendidikan yang ideal di era disrupsi dengan pembelajaran digital bukanlah hal yang mudah. Menyusun konsep itu sesuatu yang lain tetapi bagaimana mengaplikasikannya di daerah masing-masing dengan keterbatasan dan harus berhadapan dengan permasalahan teknologi dan jangkauan interner, meskipun saat ini Kemenkominfo sudah mempersiapkan seluruh jaringan, tetapi tidak selalu teknologi tersebut dapat kita andalkan.
“Peningkatan akses informasi, jaringan sosial dan partisipasi individual harus mengiringi perubahan teknologi, kemudian harus dibuat sebuah ruang yang memungkinkan adanya eksistensi proses belajar ke ranah digital”, ungkap Lestari.
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo Saptriana Tangkary menyatakan, pihaknya berkomitmen untuk memastikan tersedianya teknologi, platform, peralatan, dan sumber daya bagi para guru dan siswa untuk mendukung proses belajar-mengajar agar tetap dapat berjalan melalui berbagai media.
Sebagai bentuk komitmen dalam peningkatan digital skill, Kementerian Kominfo telah menyelenggarakan berbagai program pelatihan serta memberikan beasiswa yang dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat termasuk para guru dan Aparat Sipil Negara (ASN).
“Guru memiliki peran penting untuk membantu siswanya menghadapi ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan untuk melibatkan siswa untuk terus belajar meskipun kegiatan sekolah normal terganggu,” ungkap Septriana
Sementara itu, Dosen Pendidikan Matematika UNY, Ariyadi Wijaya menyampaikan materi “Computational Thinking”, yaitu bagaimana mengajarkan anak-anak untuk memecah masalah menjadi lebih kecil (dekomposisi), kemudian pengenalan pola dan berpikir secara algoritma, yaitu berpikir secara sistematis menetapkan langkah penyelesaian masalah serta berpikir secara abstraksi, yaitu bagaimana memilah data dan informasi yang relevan.
“Berbicara teknologi itu bukanlah sekedar alat untuk mempermudah hal-hal teknis, tetapi lebih kepada alat untuk mengembangkan kemampuan digital”, kata Ariyadi.
Pengembang Inovasi Pendidikan Internasional Certified Trainer in EducatioPen for Asia Djohan Yoga, mengatakan, syarat terpenting suksesnya transformasi digital adalah mindset, karena mindset adalah awal dari sebuah transformasi dan dasar dari segalanya yang akan mendikte apa yang kita lakukan dan apa yang kita lakukan akan memberikan hasil apakah sesuai yang kita harapkan atau tidak.
Djohan juga meminta kepada para tenaga pendidik untuk menumbuhkan “growth mindset” kepada anak didik yaitu; yang memiliki “Opportunity Based Thinking” dimana segala perubahan dianggap peluang untuk bertumbuh sehingga senang dengan perubahan.
“Inilah peran baru guru di era digital, kita tidak bisa mengalahkan google, tetapi kita bisa beralih peran yaitu bagaimana kita mengembangkan mindset anak-anak kita dari tidak mau dan tidak bisa menjadi mau dan bisa! Inilah tugas mulia guru yang tidak bisa diambil alih oleh teknologi apapun” , tegas Djohan.