JAKARTA,AKSIKATA.COM- DESAINER papan atas Tanah Air Amy Atmanto yang juga seorang wartawan senior didapuk menjadi anggota Komite Pemberdayaan Perempuan dan Sumber Daya Keluarga Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) yang diketuai Erick Thohir. Salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana menemukan dan memanfaatkan peluang ekonomi keluarga Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan pandemi Covid-19.
“UMKM Indonesia itu sangat kaya. Banyak negara yang membutuhkan produk-produk dari Indonesia, salah satunya di sektor sandang (fesyen). Salah satu negara yang menjalin kerja sama erat dengan kita adalah Korea Selatan. Indonesia terus mencari pasar produk yang dibutuhkan Korea, terutama saat perekonomian mulai bergerak kembali setelah pandemi,” ujar Amy menjawab pertanyaan Farah.id usai mengikuti webinar internasional bertajuk “Indonesia-Korea: Enhancing Special Strategic Partnership and Co-Prosperity” bertempat di Roemah Djan, Jakarta Pusat, Selasa (9/11).
Kesempatan menghadiri webinar yang diadakan Korean Center RMOL bekerja sama dengan MES tersebut juga dimanfaatkan Amy untuk bersilaturahim sekaligus bertukar pikiran tentang rencana meningkatkan pemberdayaan keluarga Indonesia, sesuai dengan tanggung jawab yang diamanahkan padanya.
“Dari sisi Masyarakat Ekonomi Syariah, saya mendapat kesempatan bertemu beberapa tokoh untuk membahas waste management (pengelolaan sampah). Bagaimana agar industri waste management dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkan dalam membantu perekonomian keluarga di kondisi pandemi yang serba sulit,” kata pemilik brand Royal Kaftan ini.
Menurut Amy, hal itu merupakan tanggung jawab bersama yang menjadi bagian dari gotong royong sebuah bangsa. Pengelolaan sampah dapat menjadi sebuah aktivitas yang menghasilkan secara ekonomis yang bisa sangat bermanfaat bagi kesejahteraan mereka yang membutuhkan.
Menumpuknya sampah di kota-kota di seluruh Indonesia memang menjadi masalah tersendiri. Namun di sisi lain, sampah menjadi sebuah potensi besar yang tak hanya menghasilkan secara ekonomis tapi juga berguna bagi lingkungan. Mulai dari penerapan prinsip 3R (reduce- reuse-recycle) hingga pembuatan tanah komposit. Amy menyayangkan jika sampah yang sangat banyak jumlahnya ini tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Selaras dengan semangat pemberdayaan, menyoal peran perempuan dalam kebangkitan ekonomi di Tanah Air, Amy dengan lantang mengatakan bahwa perempuan Indonesia adalah penggerak UMKM dan menjadi salah satu penyelamat perekonomian bangsa, terutama di saat pandemi Covid-19.
Banyak perempuan yang menyelamatkan keluarga dengan mengambil alih tugas kepala rumah tangga yang terdampak pandemi. Para ibu rumah tangga mengembangkan potensi demi mendapatkan pemasukan keluarga, contohnya dengan membuat kue dan masakan lainnya untuk dijual atau membuat masker kain dan konektor masker.
“Kita harus terus berusaha mengembangkan potensi kemampuan perempuan, dalam bidang apa pun itu. Apalagi di sektor sandang (fesyen), banyak perempuan yang berkecimpung di sektor kreatif tersebut. Demikian pula dengan makanan (kuliner). Kita tahu, sektor busana dan makanan berkontribusi paling besar untuk pendapatan negara. Dan pelaku usahanya mayoritas adalah perempuan.”
“Mari kita bergerak bersama dan kita berharap pemerintah selalu mendukung peningkatan kompetensi perempuan, melalui pelatihan, pemberdayaan, pembiayaan, maupun penyerapan hasil karya. Perempuan Indonesia survive dan tangguh,” pungkas Amy.