JAKARTA, AKSIKATA.COM – Berbagai vaksinasi yang masif di seluruh belahan dunia tidak bisa dijanjikan mampu menghadapi berbagai mutasi virus Covid 19. Belakangan, beberapa negara kembali terjadi peningkatan kasus, walau vaksinasi sudah mencapai lebih dari 70%. Oleh karenanya penting untuk mengelola strategi peningkatan gizi dan nutrisi setiap individu masyarakat.
Hal ini disampaikankan oleh dokter ahli gizi, dr. Widjaja Lukito, Ph.D dalam Konferensi Nasional Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) lewat zoom meeting, dengan tema ‘Meningkatkan Gizi dan Nutrisi Masyarakat di tengah Pandemi’, Jumat (10/9) yang dihadiri relawan kesehatan, bidan dan dokter dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
“Strategi umum fokus pada pengingkatan gizi dan nutrisi masyarakat bertujuan memastikan resiliensi (daya tahan) tubuh setiap individu masyarakat, sehingga bisa bertahan dari berbagai serangan virus. Singkatnya adalah setiap orang harus memiliki ‘otot kawat, balung wesi’ di era serangan wabah apapun,” jelasnya.
Mantan Staf Khusus Menkes Siti Fadilah 2004-2009 ini mengingatkan, bahwa gizi dan nutrisi yang cukup sebenarnya juga menjadi syarat agar imunitas dan antibodi tubuh bisa meningkat setelah divaksin.
“Kalau gizi dan nutrisi seseorang tidak memadai, vaksinasi kurang efektif meningkatkan imunitas antibodi dalam tubuh. Makanya, habis terinfeksi atau habis divaksin harus banyak istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Agar antibodi dapat meningkat secara efektif,” jelasnya.
Fenomena ini menurutt Dr. Widjaja Lukito, sudah terdokumentasi dari berbagai penelitian bahwa zat gizi esential penting sebagai bahan baku pembentukan antibodi dan peningkatan sistem imun.
Dr. Widjaja Lukito menjelaskan dalam mengadakan asupan makanan yang bergizi sudah saatnya masyarakat belajar mandiri mengolah potensi bahan pangan di lingkungannya seperti menanam sayuran, umbi-umbian, beternak ayam dan membuat kolam ikan.
“Jangan lagi selalu menunggu bantuan pemerintah. Semua itu mudah dilakukan secara bergotong royong di tingkatan RT. Itu namanya rakyat membangun ketahanan pangan secara mandiri,” tegasnya.
Jika masyarakat sudah memiliki sistim kegotong royongan di semua RT untuk ketahanan pangan satu RT, maka, pemerintah akan lebih mudah menyalurkan bantuan berbasiskan yang dibutuhkan. Karena masyarakat tinggal mengembangkan ketahanan pangan secara berkelanjutan,” ujarnya.
Sehingga menurutnya APBN dan APBD menjadi fokus pada ketahanan pangan rakyat dan penyembuhan pasien di rumah-rumah sakit menekan angka kematian.
“Strategi peningkatan gizi di tengah pandemi ini tidak bisa dihindari, agar pendanaan dan sumberdaya benar-benar efisien dan efektif berbasiskan kebutuhan masyarakat, yang harus berhadapan dengan berbagai kesulitan akibat kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat,” tegasnya dalam Konferensi Nasional DKR yang dibuka oleh Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) sebagai Ketua Dewan Pembina DKR ini.
Sebelumnya, Konferensi Nasional DKR Jumat (20/8) bertemakan ‘Pandemi dan Bioterorisme’. Selanjutnya Konferensi Nasional.DKR Jumat (27/8) yang bertemakan ‘Perlindungan Diri Menghadapi Covid-19’’. Konferensi Nasional dilanjutkan dengan tema ‘Hak dan Kewajiban Rakyat Di Tengah Pandemi’ Jumat (3/9)
Rangkaian Konferensi Nasional DKR berikutnya akan diadakan setiap minggu dalam bulan ini membahas beberapa tema penting saat ini yaitu, ‘Tentang Peran Vitamin D3 Memastikan Imunitas Tubuh Di Tengah Pandemi’, dan “Tentang Ancaman Megathrust dan Tsunami’. (*)