Dosen IISIP Sindir Impor Jahe Tak Sesuai Kebijakan Pemerintah

JAKARTA, AKSIKATA.COM – Dosen Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, Cipta Panca Laksana mengaku heran dengan yang dilakukan pemerintah terkait program revolusi 4.0. Menurutnya, penerapan program tersebut tidak sinkron dengan fenomena impor yang kian hari kian menjamur di Indonesia.

Salah satu fenomena impor tersebut dapat dilihat dari kebijakan pemerintah terkait impor jahe.

Panca meminta kepada pemerintah untuk fokus menangani fenomena impor tersebut terlebih dahulu, sebelum mengimplementasikan program revolusi industri 4.0 secara lebih jauh ke tengah masyarakat.

“Gaya2an ngomong revolusi 4.0, tahunya jahe aja impor,” tulis Panca dari akun Twitter pribadinya, @panca66, akhir pekan lalu.

Cuitan tersebut ternyata menuai beragam komentar dari warganet. Salah satunya komentar dari pemilik akun @3D1_51R3G4R_77.

“Jahe merah dan jahe lokal lebih bagus khasiatnya Kenapa mesti Import ?? apakah dgn import semua masalah selesai ?? bagaimana dgn nasib para petani jahe kedepannya klu jahe saja mesti import ?? Slogan benci produk asing hanya manis di bibir kenyataan bertolak belakang PAHIT !!!,” tulis pemilik akun @3D1_51R3G4R_77.

Sebelumnya, Indonesia rupanya telah rutin mengimpor jahe pada tiap tahunnya. Nilainya capai angka ratusan miliar rupiah.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia lebih banyak menerima impor jahe utuh daripada jahe bubuk.

Sepanjang tahun 2020, keseluruhan impor jahe utuh atau yang sudah dihancurkan capai angka 19.252 ton atau seharga 16,92 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Bila dikonversikan ke rupiah, nilainya capai 243,3 miliar rupiah (kurs Rp 14.400 per dolar AS).*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.