JAKARTA, AKSIKATA.COM – Sudah lama Sersan Dua (Serda) TNI Aprilia Manganang berharap kejelasan akan statusnya. Selama ini dia dikenal sebagai wanita. Bahkan, dikenal atlet voli putri, yang mengukir banyak prestasi karena keahliannya dalam melakukan smash.
Tapi selama jadi atlet itu banyak yang meragukan identitas dirinya. Fisik Manganang yang kekar dan maskulin membuat orang curiga dia laki-laki. Dia menuai banyak protes dan berujung pada permintaan tes feminitas. Seperti yang terjadi saat mengikuti ajang SEA Games tahun 2015. Saat itu pihak Filipina mempertanyakan jenis kelamin Aprilia Manganang.
Tak hanya Filipina, jauh sebelumnya Aprilia juga diprotes oleh tim Popsivo Polwan di Liga Bola Voli Indonesia (Livoli) 2011. Popsivo menolak bertanding melawan Alko Bandung yang diperkuat Aprilia. Lalu, pada Livoli 2013, tim Bank Jatim Surabaya dan Petrokimia Gresik juga melancarkan protes dengan kasus yang sama.
Atlet kelahiran Tahuna, Sulawesi Utara, 27 April 1992 ini, memutuskan mengundurkan diri dari dunia voli. Dia bergabung menjadi anggota dari korps wanita TNI Angkatan Darat (AD) dan mendapat posisi jadi Bintara Komunitas Ajudan Jenderal.
Ia direkrut sebagai prajurit melalui jalur penerimaan khusus anak muda berprestasi pada tahun 2016 silam. Harapan Aprilia, dengan status sebagai anggota TNI, keraguan banyak orang akan gander yang kerap dipersoalkan tidak akan terjadi lagi.
Dan, ketika menjadi TNI inilah, apa yang dia inginkan terwujud. Tetapi diam-diam dia tetap menjadi pusat perhatian. Karena penampilannya yang lebih laki-laki daripada perempuan.
Itu pula yang menggelitik hati Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa. Maka dia bertanya kepada Aprilia. Secara jujur, Aprilia menceritakan kondisi dirinya. Dia mengaku kerap menjadi bahan bully lantaran perbedaan fisiknya, padahal dia adalah perempuan tapi postur tubuhnya laki-laki.
“Sejak menjadi bahan perundungan, Aprilia pun memilih untuk menjauh dari teman-temannya. Bahkan untuk bersosialisasi dengan orang lain pun enggan. Itu yang membuat Sersan Manganang ini cenderung menjauh dan lebih membatasi,” cerita Andika.
Sebagai KSAD, Andika bermaksud untuk bertanggungjawab atas semua anggotanya. Termasuk terhadap Aprilia yang telah diterima sebagai bagian dari keluarga besar TNI AD. Karena itu, dia ingin membantu memberi kejelasan terhadap status gender Aprilia. “Kami menggunakan segala peralatan fasilitas kesehatan yang kami punya.”
Andika berinisiatif memanggil Aprilia ke Jakarta yang tengah bertugas di Ambon untuk menjalani pemeriksaan medis. Setiba di Jakarta, Aprilia menjalani pemeriksaan medis mulai dari rekam kesehatan, hormon, hingga pemeriksaan organ pada Februari 2021 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
Dari hasil itu, ternyata bahwa dilihat dari urologi Sersan Aprilia Manganang lebih memiliki organ jenis kelamin laki-laki. Tak ada organ internal jenis kelamin wanita. Hormon Aprilia Manganang pun seorang pria, sehingga disimpulkan kelainan hipospadia dialami prajurit itu. Hipospadia adalah kecacatan lahir yang bisa terjadi pada anak laki-laki, ditandai dengan lubang uretra atau lubang kencing yang tidak berada di ujung penis.
Aprilia Manganang diketahui tak memiliki organ dalam perempuan dan memiliki hormon testosteron yang lebih tinggi. Andika lalu memanggil Aprilia dan menjelaskan hasil pemeriksaan medisnya
“Setelah kami temukan, kami jelaskan, begitu lepas (Aprilia menerima), karena ya itu sekian lama (menunggu kepastian), 20 tahun. Saya berbicara dari hati ke hati, saya tanya kepada Serda Aprilia apa yang kamu inginkan?” ujar Andika.
“Bapak, sebenarnya ini yang saya tunggu-tunggu selama ini. Ternyata Serda Aprilia juga merasakan itu. Dia sudah memutuskan, ya sudah kita siap memberikan bantuan yang terbaik untuknya,” kata Andika.
TNI AD lantas membantu Manganang dalam melakukan corrective surgery sebanyak dua kali untuk mengobati kelainan hipospadia yang dialaminya sejak lahir. Pasca operasi, dia masih harus menjalani perawatan. Rencanannya, ada satu operasi lagi yang akan dijalani Aprilia.
“Kami akan memberikan bantuan kepada Serda TNI Aprilia Manganang hingga proses ini selesai. Termasuk memberikan dukungan psikologis kepada Serda Manganang,” kata Andika di Mabesad, Jakarta Pusat.
Andika menolak jika Aprilia Manganang disebut sebagai transgender atau interseks. “Tidak masuk dalam kategori itu semua. Saya tahu definisinya dan tim dokter pun tahu semua definisinya. Karena memang kelainan yang dialami adalah hipospadia. Jadi selalu kembalikan ke situ,” kata Jenderal Andika, Selasa (9/3/2021).
Menurut Andika, Aprilia mengalami kasus Hipospadias serius sehingga paramedis, yang membantu kelahirannya, dan orang tuanya menilai secara fisik bahwa dia perempuan, diakui sebagai perempuan dan diberi akte lahir sebagai perempuan.
Kondisi keluarga Aprilia yang serba kesulitan membuat kedua orang tuanya termasuk dirinya pun tak tahu kelainan yang dialami. Ayah Aprilia adalah seorang buruh perkebunan bernama Akib Zabrud Manganang. Sementara itu, sang bunda hanya seorang asisten rumah tangga yang bernama Suryati.
Menanggapi status jenis kelaminnya yang baru, Aprilia mengaku lega dan bahagia. Ternyata dia sudah merasakan perbedaan dalam dirinya sejak lama. Dan hasil tes ini seolah menjadi jawaban dari pertanyaan dan keraguannya selama ini.
“Ini momen yang sangat saya tunggu-tunggu, bahagia banget. Puji Tuhan Yesus saya bisa lewati ini, dan saya bersyukur Tuhan pakai bapak dan ibu untuk pertemukan saya,” tutur Manganang melalui virtual yang disampaikan di Mabes TNI AD, pada Selasa (9/3/2021).