JAKARTA, AKSIKATA.COM – Setelah diluncurkan Presiden Jokowi soal Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU), media sosial Twitter kini tengah ramah dengan tagar #KantongMukidiKempes.
Tagar tersebut bahkan berisi 5.758 cuitan, dan seolah menyindir negara yang sedang kekurangan uang, dan menggambarkan ketidak percayaan rakyat pada pengeloaan keuangan pemerintah Indonesia.
“Setelah ngutang, pajak dinaikan, masih kurang juga? Ok, dana haji pake masih kurang juga? Lanjut dana wakaf.
“Paham ga sih dana wakaf itu dananya siapa dan untuk apa. Entah hati nurani mereka digadaikan ke mana?,” tulis akun @ummusholihah17.
Menanggapi hal itu, Akmal Sjafril yang merupakan pendiri Sekolah Pemikiran Islam (SPI), melontarkan cuitan senada dalam akun Twitter pribadinya @malakmalakmal.
“Islam dibilang agama pendatang lah, arogan lah, bertentangan dengan kearifan lokal lah. Eh tapi pas butuh duit solusinya: WAKAF!,” tulis Akmal Sjafril dikutip dari akun @malakmalakmalJumat (29/1).
Akmal Sjafril bahkan menyentil pemerintah yang menjadikan wakaf sebagai solusi. Menurutnya sebaiknya mencari solusi yang khas nusantara.
“Cari solusi yang khas Nusantara lah sono!,” ujarnya.
Islam dibilang agama pendatang lah, arogan lah, bertentangan dgn kearifan lokal lah. Eh tp pas butuh duit solusinya: WAKAF!
Cari solusi yang khas Nusantara lah sono!— Akmal Sjafril (@malakmalakmal) January 28, 2021
Sebelumnya, pakar ekonomi Rizal Ramli memberikan komentar senada akan rencana dana wakaf yang digunakan untuk infrastruktur.
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Sri Mulyani, yang mengatakan bahwa zakat, shodaqoh, infaq, serta wakaf merupakan sektor dana sosial yang memiliki potensi strategis untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
Selain itu, sektor dana sosial tersebut dapat digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kemiskinan.
“Ini sebuah instrumen baru yang diterbitkan pemerintah atau Kemenkeu, dimana imbal hasilnya digunakan untuk membiayai berbagai program sosial yaitu saat ini telah terkumpul lebih dari Rp54 miliar,” jelas Sri Mulyani.
Namun Rizal Ramli justru memandang, upaya pemerintah Indonesia untuk menggunakan dana wakaf dinilai sangat kontradiktif, mengingat Islamophobia terus digencarkan.
“Islamphobia digencarkan, tapi ketika kesulitan keuangan, merayu dan memanfaatkan dana umat, wakaf, dan dana haji. Kontradiktif amat sih,” tutur Rizal Ramli.*