JAKARTA, AKSIKATA.COM – Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak kegiatan harus terhenti atau diadakan secara terbatas dan daring. Salah satunya kegiatan menari di sanggar dan kelas tari tradisional. Hal ini dilakukan tentunya untuk pencegahan virus yang sejak awal tahun lalu menginfeksi dunia.
Namun, kerinduan menggelar kelas tari secara langsung tatap muka dirasakan oleh insan tari. Karena setiap kelas tari mengandung ikatan kemanusiaan yang kuat. Dari mulai komunikasi guru dan murid, interaksi dengan orang tua yang mengantar, dan juga ikatan kekeluargaan dengan para pengelola kelas/sanggar tari. Hubungan ini yang kurang maksimal dirasakan saat diadakan dengan daring.
Padahal ikatan kemanusiaan tersebut perlu dibangun dalam upaya melestarikan seni dan budaya Indonesia. Berangkat dari hal itu, sekelompok penari, pelatih tari, pencinta tari dan pemerhati tari pada akhir tahun lalu mendirikan Perkumpulan Pencinta Seni Tari (PPST) Kencana Mas.
Sabtu (9/1/2021), PPST Kencana Mas mengadakan latihan perdana sekaligus pembukaan Kelas Tari Reguler di salah satu studio tari di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Dalam sambutannya Ketua PPST Kencana Mas Ryan A. Syakur mengatakan kelas tari yang dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat ini dilakukan sebagai ruang “temu rasa” sebagai keluarga antara insan tari tradisional Indonesia.
“Ibarat bangunan, Kelas Tari PPST Kencana Mas ini adalah Rumah. Kita semua di dalamnya terikat satu sama lain sebagai keluarga. Tujuan kita sama, melalui tari tradisional kita membangun silaturahmi. Jadi manfaatnya dapat menyeluruh: sehat jiwa, raga dan sosial,” tuturnya.
Ryan menambahkan, di masa pandemi ini, latihan dilakukan dengan protokol kesehatan ketat. “Ini salah satu tanggung jawab kita sebagai pengelola kelas tari PPST Kencana Mas. Siswa siswi dan pelatih diwajibkan memakai masker. Ketika akan masuk kelas, wajib cek suhu dan menggunakan hand sanitizer. Kelas juga diadakan dengan menjaga jarak,” kata Ryan.
Kelas tari tradisional perdana PPST Kencana Mas ini diikuti dengan antusias oleh belasan Siswi dari beragam usia. Keterbatasan bukan menjadi penghalang untuk tetap produktif. Meskipun, harapan agar pandemi segera berlalu terus menyala dalam jiwa.