MEDAN, AKSIKATA.COM – Komjen Pol Agus Andrianto merupakan sosok yang sangat pantas menjadi Kapolri. Ini jika diukur dari rekam jejak yang mumpuni. Tak hanya mampu mengungkap kasus kasus pelik, tapi sejak menjadi Kapolsek pun, dicintai oleh masyarakat dimana dia bertugas.
Hal itu dikatakan Ketua Pemuda Mitra Kamtibmas (PMK) Sumatera Utara (Sumut), Rajamin Sirait SE, Kamis (31/12/2020). Dia menyebutkan, banyak kasus-kasus dan peristiwa besar serta menggemparkan di Sumut yang diselesaikan oleh Komjen Agus dengan baik.
“Rekam jejak yang terpenting adalah, dia mampu mengayomi masyarakat sejak masih menjabat sebagai Kapolsek. Ini catatan sangat penting, karena beginilah polisi sesungguhnya kita harapkan. Dicintai masyarakat,” ujar Rajamin.
Menurut Rajamin, sebagai Mitra Polri dia mengikuti rekam jejak semua mantan Kapolda Sumut, termasuk Jendral Sutanto. Dan, banyak ilmu yang diterima Komjen Agus dari mantan Kapolri tersebut.
Salah satu kasus yang ditangani Agus, yakni bentrok berdarah Nommensen pada 2000 silam. Saat itu, Agus menjabat Kasat Reskrim. Kapolda Sumut kala itu, Jenderal Sutanto, memberikan wewenang penuh mengusut kejadian tersebut. Karena ekses tragedi bentrok itu dua mahasiswa meninggal dunia.
“Mas Agus (Kabaharkam) mampu mengurai akar permasalahan peristiwa. Saya juga dilibatkan ketika itu. Hasilnya, peristiwa itu bukan sebuah tindakan yang salah, tapi merupakan salah satu ekses kejadian brutal,” urainya.
Kerja Agus lainnya adalah saat teror bom gereja menghantui warga Medan. Terornya beruntun dari satu gereja ke gereja lain. Komjen Agus, salah satu orang yang berhasil melakukan pencegahan, sehingga tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Padahal ketika itu belum ada pengetahuan soal bom.
Atas instruksi yang diberikan Jenderal Sutanto, mantan Kapolsek Sumbul itu lantas mengambil tindakan pencegahan. “Dengan membuat sekat-sekat dan mengoptimalkan patroli serta tindakan-tindakan lain, sehingga teror bom parsel itu tidak terjadi,” kenang Rajamin.
Artinya, Sumut ketika itu lolos dari ancaman pecahnya konflik horizontal. “Itukan merupakan keberhasilan kerja beliau (Agus),” tambahnya.
Usai dimutasi ke Jawa Timur, keduanya jarang bertemu. Namun sepengetahuan Rajamin, disana, Komjen Agus menemui guru sekaligus bapak baginya. Karakter Agus, diakuinya, mengcopy paste mantan Kapolri Jenderal Sutanto.
Di Dirtipidum Mabes pun, Agus menunjukkan kualitasnya sebagai penegak hukum yang mengedepankan profesionalitas. “Kasus Ahok juga beliau yang menangani, dan hasilnya berhasil diselesaikan secara bijak,” bilang Rajamin.
Agus juga dinilai berhasil mengamankan Pilpres 2019 lalu. Sebelumnya, Agus menjabat Waka Polda Sumut. Dia berperan sebagai waka yang baik hingga akhirnya diamanahi jabatan Kapolda. “Dialah orang pertama yang jadi Kapolda dari Waka.”
“Tugas berat selanjutnya, sebagai Kapolda, adalah penyelenggaraan Pilpres. Itupun berhasil dan berlangsung aman, tidak ada gangguan dan konflik,”sebut Rajamin.
Agus mampu membuat polsek sejajaran Polda Sumut bersikap netral dan kompak, kala Pilpres. Pendekatan kepada masyarakat dan komunitas yang digalang Agus untuk menciptakan kamtibmas pun patut diacungi jempol.
Nilai lebih Agus lainnya adalah, mampu menekan angka kejahatan di masyatakat. Contohnya di Sumbul. Agus mampu menghidupkaan perpolisian masyarakat.
‘Masyarakat diajarkan untuk menjadi polisi pada diri sendiri. Ini yang sebenarnya diperlukan, karena rasio jumlah polisi dengan masyarakat sangat terbatas. Jadi, ajarkan agar masyarakat menjadi polisi bagi dirinya sendiri,” urai Rajamin.
Hasil maksimal perangkulan yang dilakukannya terhadap masyarakat, beber Rajamin, saat meninggalkan jabatan sebagai Kapolsek di Sumbul, Dairi, Sumut, Komjen Pol Agus muda pun diantar oleh tokoh masyarakat ke tempat dinasnya yang baru.
“Bayangkan, saat masih Kapolsek saja beliau sudah membuat masyarakat mencintainya sebagai polisi. Dan itu, dibuktikannya hingga beliau menjadi Kapolda. Penjaga mesjid, bilal mayat, tukang becak, semua merasa senang atas sikap beliau,” papar Rajamin lagi.
Dari sederet keberhasilan tersebut, Rajamin menyebut Komjen Agus Andrianto pantas dan patut menjadi Kapolri. Meski dia mewanti-wanti bukan kapasitasnya menetapkan siapa Kapolri nantinya.
Pengalaman demi pengalaman keberhasilan seorang Agus Andrianto itu sebetulnya dapat dijadikan tonggak awal untuk membenahi independensi Polri ke depan. Rakyat berharap pada kepemimpinannya. Polri punya wajah baru yang menjunjung tinggi nilai integritas dan menjadikan masyarakat sebagai hukum tertinggi. (PR)