Pameran Pusaka Pangeran Diponegoro, Pameran Pamor Sang Pangeran di Masa Pandemi

Seorang pengunjung pameran pusaka Pangeran Diponegoro bertajuk Pamor Sang Pangeran menggunakan masker di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (21/11/2020). Pameran ini menjadi pameran temporer percontohan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat bagi para pengunjung, sebagai bentuk sosialisasi penerapan protokol kesehatan bagi pengunjung dan pekerja museum. (Foto-foto : Kuncoro Widyo Rumpoko).

JAKARTA, AKSIKATA.COM – Museum Nasional Indonesia mempersembahkan Pameran Pusaka Pangeran Diponegoro yang bertajuk Pamor Sang Pameran. Pameran ini berlangsung mulai 28 Oktober hingga 26 November 2020 secara langsung maupun daring. Eksibisi yang menjadi rangkaian dari Pekan Kebudayaan Nasional 2020 dibuat lebih kekinian dan modern.

Kisah kehidupan sang pangeran akan ditampilkan dengan konsep mendongeng (storytelling) dilengkapi dengan teknologi video mapping dan komik manga ala Jepang yang sangat digemari kaum muda. Sang pangeran juga akan tampil bersama kuda kesayangannya, pusaka hidup bernama Kanjeng Kiai Gentayu dalam bentuk hologram.

Juga ditampilkan film animasi kisah Pangeran Diponegoro sejak penangkapan di Magelang (28 Maret 1830) hingga diasingkan ke Manado (3 Mei 1830) yang berjudul Diponegoro 1830. Dalam pameran ini disajikan pula foto-foto lukisan dan sketsa Diponegoro hasil karya seniman dalam periode 1807 hingga 2019.

Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah suguhan pusaka-pusaka Pangeran Diponegoro yang pernah dirampas Belanda, serta Babad Diponegoro (1831-1832) yang merupakan naskah klasik otobiografi sang pangeran yang ditulis pada awal pengasingan di Manado.

Selain itu, untuk pertama kalinya keris Kanjeng Kiai Nogo Siluman tampil di hadapan publik. Pusaka-pusaka Pangeran Diponegoro yang dipamerkan ini menemani pangeran saat Perang Jawa berlangsung dan punya kedekatan secara spiritual.

Empat pusaka sang pangeran dibawa Belanda sebagai rampasan perang, sedangkan Keris Kanjeng Kiai Nogo Siluman adalah keris pemberian Diponegoro kepada Kolonel Jan Baptist Cleerens, yang di kemudian hari mengkhianati kepercayaan Diponegoro. Keris dijadikan sebagai bukti kemenangan Belanda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.