JAKARTA, AKSIKATA.COM – Efektivitas pemberlakuan kebijakan lockdown di beberapa negara dinilai efektif mengurangi infeksi atau penyebaran wabah Covid-19 secara substansial. International Monetary Fund (IMF) menilai langkah lockdown pada beberapa negara harus cukup ketat untuk mengurangi penyebaran secara signifikan.
IMF juga menjelaskan, kebijakan lockdown yang dilakukan tersebut guna menekan penyebaran Covid-19 juga dinilai sebagai kunci agar dapat membuka jalan menuju pemulihan ekonomi yang lebih cepat.
“Jika mereka ingin berhasil mengatasi pandemi dengan demikian maka perlu membatasi jangkauan jarak sosial,” sebagaimana dikutip dalam keterangan resmi IMF, Selasa (13/10).
Dikutip Kontan.co.id, Rabu (14/10), beberapa analisis juga menunjukkan bukti lintas negara terkait hubungan antara pemberlakuan lockdown dengan aktivitas ekonomi di 52 negara maju, pasar berkembang, dan ekonomi berkembang.
Data IMF menunjukkan korelasi antara ketatnya lockdown selama paruh pertama tahun 2020 dengan penurunan PDB relatif dalam.
“Data tersebut menggambarkan bahwa negara-negara yang menerapkan penguncian yang lebih ketat mengalami kontraksi PDB yang lebih tajam,” tandasnya.
Adapun lockdown juga menunjukkan bahwa hubungan negatif antara penguncian dan aktivitas ekonomi kuat untuk menggunakan indikator lain selain PDB seperti, dikaitkan dengan konsumsi yang lebih rendah, investasi, produksi industri, penjualan eceran, indeks manajer pembelian untuk sektor manufaktur dan jasa, dan tingkat pengangguran yang lebih tinggi.
Meski demikian, langkah lockdown memang cenderung berdampak negatif pada ekonomi jangka pendek. Namun, menurutnya, temuan ini harus ditafsirkan dengan hati-hati mengingat kekhawatiran variabel yang dihilangkan yang mempengaruhi analisis lintas negara dan kekhawatiran endogenitas tentang penguncian.
Berbeda dengan IMF, Presiden Joko Widodo menilai, langkah pemerintah tidak melakukan karantina wilayah atau lockdown dalam menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19 sudah tepat.
Ia menyebutkan, jika kebijakan lockdown diberlakukan, hal itu akan berimbas fatal bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Saya enggak bisa bayangin kalau kita dulu lockdown gitu, mungkin (pertumbuhan ekonomi) bisa minus 17 (persen),” kata Presiden Jokowi saat saat rapat dengan para gubernur di Istana Bogor, Rabu (15/7/2020), dikutip dari Setkab.go.id.
Desakan untuk lockdown diketahui disuarakan sejumlah pihak saat virus corona mulai mewabah di Indonesia pada Maret lalu.
Namun, Presiden Jokowi lebih memilih menggunakan skema pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penularan.